BENDERRAnews, 3/6/19 (Bogor): Dua matan Presiden RI yang hingga kini masih sangat berpengaruh bertemu.
Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan (PDI-P), Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Presiden Keenam RI yang juga Ketum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pertemuan ‘bersejarah’ antar keduanya berlangsung saat pemakaman istri SBY, Kristiani Herawati Yudhoyono, di Taman Makam Pahlawan, Jakarta, Minggu (2/6/19) kemarin.
Wakil Sekjen PD, Andi Arief menyatakan, dirinya sebenarnya tak terkejut dengan pertemuan Megawati dan SBY tersebut. “Saya enggak terkejut, karena Ibu Megawati dan Pak SBY ini hubungannya biasa-biasa saja. Tak ada sekat penghalang,” kata Andi di kediaman SBY, Puri Cikeas Bogor, Jawa Barat, Senin (3/6/19).
Beda posisi politik
Andi menambahkan, komunikasi antara Megawati dan SBY secara langsung dan tidak langsung, terus berjalan.
Ia mengungkap, PD dan PDI Perjuangan sejak 2004 memang beda posisi politik.
PD merupakan partai penguasa kala 2004-2014, dan PDI Perjuangan memilih oposisi. Aroma antara oposisi dengan penguasa, lanjut Andi, masih berlangsung pada 2014 hingga 2019 .
Akan tetapi, Andi menegaskan, situasi politik pada 2019 telah ditata ulang.
“Sekarang kan 2019, sudah set up (tata) ulang. Menurut saya sudah kehendak sejarah pertemuan (Megawati dan SBY) untuk merajut kembali hubungan baru dalam politik,” ujar Andi.
Keras tapi prinsip
Dalam politik, kata Andi, tak ada urusan personal. Andi menuturkan, Megawati memang figur yang keras, tetapi memiliki prinsip.
“Ternyata ada tanda-tanda baik. Ada setitik sinar di Kalibata yang bagus buat bangsa, buat semua,” demikian Andi.
“Karena Pak SBY, Bu Mega, Pak Habibie (Presiden Ketiga RI, BJ Habibie), tokoh-tokoh tua di partai lain, bisa dikatakan dalam usia sunset (senja) dalam artian karena usia, sehingga dalam politik mereka pelan-pelan berkurang,” kata Andi Arief, seperti dilansir BeritaSatu.com. (B-BS/jr)