Oleh Wempy Hadir **)
Berdasarkan data yang terbaru, menunjukkan, sudah 90 orang anggota KPPS yang meninggal dunia. Lamanya proses mulai dari persiapan, pencoplosan dan perhitungan suara telah menyita energi para penyelenggara.
Peristiwa ini mestinya menjadi masukan bagi eksekutif dan legislatif untuk menimbang kembali Pemilu Presiden (Pilpres) dan Pemilu Kegislatif (Pileg) secara serentak. Sebab jumlah korban jiwa tentu tidak bisa kita bandingkan dengan materi. Nyawa manusia merupakan di atas segalanya.
Bagi saya, pelaksanaan Pileg dan Pilpres serentak perlu dilakukan evaluasi, sehingga pada Pemilu yang akan datang tidak terjadi korban jiwa lagi. Misalnya saja Pemilu Presiden didahulukan, kemudian dilanjutkan dengan Pemilu legislatif. Dengan demikian kita bisa mencegah terjadinya korban jiwa para penyelenggara Pemilu yang menyita energi sangat tinggi.
Semoga DPR RI dan Presiden yang terpilih segera memikirkan perubahan atau revisi Undang-Undang Pemilu kita. Kita jangan hanya mengejar agar biaya pemilu lebih efisien. Tapi yang paling penting ialah kita menjaga nyawa setiap penyelenggara Pemilu.
Secara pribadi saya menyampaikan dukacita yang mendalam bagi seluruh korban jiwa. Dan semoga yang sedang dirawat segera pulih.
Selain itu, Presiden mestinya segera menyampaikan kepada publik, akan diberikan santunan kepada korban jiwa dan yang sedang dirawat akan dibebaskab biaya perawatan. Dengan demikian publik merasa, ada perhatian dari pemerintah terhadap penyelenggara Pemilu kita. *** (B-r/jr — foto ilustrasi istimewa)
*) Analisis ihwal resikonya Pemilu Serentak yang butuh proses panjang, dan menguras energi, dengan judul asli: “Pemilu kita menyisahkan pilu”,
**) Penulis adalah Direktur ‘Indopolling Network’, dan mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)