BENDERRAnews, 13/4/19 (Jakarta): Terbukti sudah dengan kasat mata, rakyat yang membludak dan menjadikan Jakarta tenggelam dalam lautan ‘massa putih’.
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Pasangan Calon (Paslon) Nomor Urut 01 Erick Tohir menepis keraguan dari kubu Paslon Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang tidak bisa memenuhi stadion Gelora Bung Karno (GBK) dalam kampanye terakhir pada Sabtu (13/4/19) ini. Keraguan itu hadir dari banyaknya massa Prabowo-Sandi pada kampanye terbuka pada Minggu (7/4/19) lalu.
“Kita (massa Jokowi-Ma’ruf Amin) dibilang tidak bisa memenuhkan GBK. Hari ini terbukti bukan hanya GBK, massa Jokowi-Ma’ruf Amin penuhi sampai Bundaran Hotel Indonesia (HI). Bahkan lebih dari HI,” kata Erick sebelum menyaksikan debat terakhir di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu malam.
“Kalau dilihat jumlahnya dahsyat. Yang jelas lebih dari lima kali lipat pasti (massa Prabowo-Sandi, Red),” tutur Erick.
Dia meyakini masyarakat yang mencintai Jokowi-KH Ma’ruf Amin akan berbondong-bondong menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk memilih pasangan 01. Dia berharap para pendukung 01 harus bisa tusuk atau nyoblos pagi-pagi agar sebelum TPS tutup sudah selesai nyoblos.
“Jangan seperti di Sydney-Australia. Tidak bisa nyobolos karena TPS sudah tutup. Itu tidak boleh terjadi pada tanggal 17 April nanti,” tegas Erick, seperti diberitakan Suara Pembaruan.
Putarbalikkan program Jokowi
Erick Tohir juga menilai ada yang memutarbalikkan program Jokowi.
Program Jokowi yang sesungguhnya untuk rakyat banyak, malah dianggap hanya untuk elite-elite tertentu.
Ia menjelaskan, contoh tuduhan itu seperti Jokowi dinilai antek asing. Padahal, Jokowi sudah berhasil merebut 51 persen saham PT Freeport. Kemudian kepemilikan PT Newmont juga sudah banyak dikuasai Indonesia. Belum lagi blok Mahakam yang puluhan tahun tidak dinikmati Indonesia. Saat ini, blok tersebut sudah dikuasai Pertamina.
Saat ditanya Jokowi gagal mencapai pertumbuhan ekonomi tujuh persen seperti dijanjikan. Erick menjelaskan, percuma pertumbuhan tujuh persen jika hanya dinikmati oleh golongan tertentu. Atau hanya terbatas di Pulau Jawa saja.
Apa yang dilakukan Jokowi dalam empat setengah tahun terakhir ialah melakukan pemerataan pembangunan. Pembangunan tidak hanya dinikmati oleh masyarakat Jawa, tetapi menyebar ke seluruh Tanah Air.