BENDERRAnews, 28/3/19 (Jakarta): Menyambung buah pikir cemerlangnya pada dua edisi sebelumnya, redaksi masih tetap fokus mengangkat pandangan James Riady tentang dunia properti di Indonesia.
Selaku CEO Lippo Group dan Wakil Ketua Kadin Bidang Properti, James Riady bersama timnya memang punya ‘track record’ gemilang dalam mengelola kawasan hunian terintegrasi di dalam maupun luar negeri.
Artikel berdasar hasil wawancara eksklusif Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan James Riady tentang tren pembangunan superblok di Indonesia sesungguhnya telah pernah ditayangkan dengan judul asli “James Riady: Superblok Dengan Infrastruktur Standar Dunia Jadi Tren (3)”, pada edisi 11 Februari 2010 lalu.
Dari tulisan itu, pasti akan melengkapi referensi sidang pembaca yang budiman tentang visi besar serta konsepnya, khusus di sektor pengembangan dunia properti kita.
Ok, Pak James, superblok menjadi tren di Jakarta. Lippo saat ini sedang membangun Kemang Village dan St Moritz. Ciputra pun sedang membangun Ciputra World, dan Agung Podomoro membangun Kuningan City dan Central Park. Semua membangun mal dan apartemen. Apakah nantinya akan ada ‘over-supply’?
Setiap kota besar di Asia akan melewati proses pembangunan, sama seperti kota-kota besar di seluruh dunia, yaitu pembangunan kota metropolis, di mana infrastruktur yang memadai, menjadi sasaran dari setiap pembeli rumah.
Karena itulah superblok menyajikan suatu konsep di mana infrastruktur jadi investasi utama. Jadi (pertama), tak ada jalan lain, ke depan, arah pembangunan (pada) superblok, di mana (dibangun) infrastruktur sangat memadai dengan standar dunia. Kedua, bagaimana fasilitas umum tersedia dalam kompleks yang sama. Ketiga, fasilitas untuk rekreasi, juga fasilitas sekolah, fasilitas rumah sakit dan sebagainya juga tersedia,
Jadi inilah yang dicari setiap orang yang mencari rumah. Dan karena itulah superblok jadi arah ke depan.
Lippo sendiri juga memikirkan mengenai superblok, dan sudah juga mengembangkan menjajaki terutama di Kemang Village dan di Puri – St Moritz. Jadi memang arahnya harus ke sana.
Apakah nanti akan ada over-supply dari mal dan apartemen yang dibangun pengembang-pengembang lainnya?
Dengan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan di atas 5-6 persen setahun dalam 20-30 tahun ke depan, akan menimbulkan suatu demand yang luar biasa. Dan kalau kita lihat, semua negara Asia, khususnya Indonesia, ekonomi kita masih berorientasi pada investasi, Jadi warga kita, ekonomi kita masih berorientasi, dana yang ditabung, tabungan nasional itu diarahkan untuk investasi.
Akan tiba situasi, waktu di mana ekonomi kita, masyarakat kita akan mulai bergerak ke economy consumption. Pada saat economy consumption bergerak, itu akan menimbulkan permintaan, pertumbuhan demand yang luar biasa sekali.
Jadi kapasitas yang ada sekarang ini sesungguhnya sangat kurang. Justru kita lihat sekarang ini, lima tahun ke depan. Masalahnya bukan soal ‘demand’, karena ‘demand’ akan meningkat, saat masyarakat kita bergerak dari orientasi investasi ke konsumtif. Tetapi justru masalah yang timbul dengan situasi itu, masalah ‘supply’, kapasitas yang kurang. Kita bisa melihat tanah banyak, lahan banyak sekali, tapi lahan yang sudah memiliki infastruktur yang memadai sangat kurang sekali. *** Bersambung (B-KC/jr — foto ilustrasi istimewa)