BENDERRAnews, 25/3/19 (Jakarta): Kawasan hunian, selayaknya memenuhi sejumlah kriteria kehidupan bagi kemanusiaan yang beradab. Bertolak dari latar hidup dan kiprah bisnisnya, serta penjelajahannya di berbagai bidang profesi, James Riady menemukan satu prinspi penting dalam pengembangan properti.
Sedikit banyak, pandangannya kali ini mengenai dunia properti, telah diulas dalam sebuah serial tulisan di Kompas.com, yang berawal pada edisi 11 Februari 2010, dengan judul asli: “James Riady: Industri Properti Saatnya Terapkan Prinsip ‘Sustainable’ (1).
Tulisan bersambung itu, muncul dalam “Bincang Properti” media mainstream tersebut, yang berdasar pada bincang-bincang jurnalisnya, Robert Adhi Ksp, dengan James Riady, CEO Lippo Group dan juga Wakil Ketua Kadin Bidang Properti.
Ini merupakan bagian pertama wawancara eksklusif tersebut, berisi tentang pentingnya industri properti melakukan pembangunan menerapkan prinsip “eco-property” yang berkelanjutan (sustainable).
Bukan sekedar nuansa hijau
James Riady merupakan salah seorang pengusaha nasional yang telah menerapkan “eco-property” di Indonesia.
Itu sebabnya, Lippo Village misalnya, bukan hanya sekadar memberi nuansa hijau, tapi juga telah menerapkan prinsip-prinsip “eco-property”.
Kebetulan, James Riady tampil di salah satu agenda FIABCI yang membahas “eco-property”. Dan Lippo Village merupakan salah satu proyek properti pertama di Indonesia yang mengembangkan “eco-property”.
Menurut Pak James, bagaimana perkembangan eco-property di dunia saat ini? Apakah pengembang sudah siap menerapkan prinsip-prinsip eco-property?
Terima kasih. Saya kira, yang perlu kita pahami adalah pikiran dunia saat ini. Yang dibicarakan ini kan banyak isu, masalah mengenai green environment, eco-environment, masalah mengenai infrastruktur, masalah mengenai acceptable standard of living yang akan datang itu seperti apa. Kuncinya dari semua ini adalah sustainability.
Artinya, dunia ini sekarang 6,5 miliar penduduk. Lalu apa mampu dunia sekarang ini, yang dikelola dengan cara yang sekarang ini, mampu memberi kehidupan yang baik, untuk 6,5 miliar warga? Dan apakah bisa suatu kehidupan yang menjamin kelanjutan dari kehidupan sekarang ada?
Ini kuncinya sustainability. Untuk dilakukan semua green, bisa, tapi apakah sustainable? Semuanya “eco-property”, apa bisa? Bisa, tapi apakah sustainable? Jadi mencari suatu balance, antara satu cita-cita kehidupan yang layak, yang baik, dengan suatu hal yang bisa berkelanjutan, yang sustainable, yang menjadi kuncinya. Ini yang menjadi perdebatan yang sekarang berjalan di dunia. Mencari titik sustainability.
Nah, Lippo Village sendiri bagaimana? Sudah menerapkan eco-property di Indonesia?
Dalam konsep seperti itu, apalagi kita melihat 6,5 miliar, dan nantinya akan menjadi 10 miliar penduduk. Dan apa yang yang terjadi? Berarti semua yang ada ini harus melewati, dipikir kembali, dipikir ulang.
Kami sendiri, salah satu kegiatan besar adalah membangun kota baru. Lippo Karawaci salah satu kota baru yang kami bangun. Pada saat kami membangun kota baru, yang kami pikirkan adalah sustainability. Bagaimana kita bisa menciptakan, membangun suatu lingkungan hidup yang sangat baik, yang memadai, yang enak, tetapi yang sustainable, yang bisa berkelanjutan, dan juga yang bisa mengangkat environment di sekeliling kita, tidak menghancurkan.
Seperti kita lihat Lippo Village ini suatu perencanaan pembangunan kota yang kurang lebih 2.000 ha atau 20 km2. Berarti yang pertama itu adalah planning-nya. Planning-nya sudah harus mencerminkan suatu cita-cita, suatu mimpi yang sustainable. Financially juga sustainable. Dengan demikian, kita melihat ada tempat-tempat yang harus green, tempat-tempat rekreasi, tempat-tempat public facilities, jalan yang memadai, jalan pun harus ada tempat untuk sepeda. Hal-hal seperti ini yang kita pikirkan. Tetapi lebih dari pada itu, tidak sekadar hanya membagi lahan sebagian untuk hijau, tapi yang lainnya tak ada hijaunya. Yang bukan hijau pun, umpamanya rumah, bagaimana untuk pembuangan kotoran, apakah itu cuma septic tank yang hanya ditanam di dalam tanah. Atau apa yang kita lakukan, yang kita lakukan kita punya central sewage system, yang semua kotoran dibuang ke pusat, lalu di sana diolah lagi , dijadikan “eco-system” yang ada di Lippo Village (di kawasan Lippo Karawaci, Tangerang) ini. *** Bersambung (B-KC/jr — foto ilustrasi istimewa)