BENDERRAnews, 22/3/19 (Jakarta): Merespons beragam info yang telah sempat berseliweran, pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membenarkan adanya pilot ketiga di kokpit pesawat Lion Air PK-LQP rute Denpasar-Jakarta dengan nomor penerbangan JT-043 pada 28 Oktober 2018. Yakni, sehari sebelum pesawat itu jatuh pada 29 Oktober 2018.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono menjelaskan, terkait dengan perkembangan berita kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8 registrasi PK-LQP yang dioperasikan Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 pada 29 Oktober 2018, terutama perihal adanya pilot ldi kokpit pada penerbangan JT-043 dan isi rekaman cockpit voice recorder (CVR), pihaknya memandang perlu menyampaikan keterangan.
“Pada penerbangan JT-043 dari Denpasar ke Jakarta yang mengalami gangguan setelah digantinya sensor angle of attack, KNKT menyampaikan bahwa benar ada pilot lain yang berada di kokpit penerbangan itu,” kata Soerjanto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (21/3/19).
Dia menambahkan, ia merupakan pilot yang telah selesai menjalankan tugas terbang dan akan kembali ke Jakarta. Dia jiga diketahui memiliki kualifikasi sebagai pilot Boeing 737 Max 8.
“Pilot yang bersangkutan sudah di-interview oleh KNKT. Sesuai Undang-Undang (UU) No 1 tahun 2009 pasal 359, pernyataan dari seseorang yang diperoleh selama proses investigasi tidak boleh dipublikasikan. Untuk itu KNKT tidak akan menyampaikan hasil wawancaranya,” demkkian Soerjanto.
Beda dengan di media
Lebih jauh, Soerjanto mengatakan, di beberapa media telah beredar berita yang menyebut sebagai isi dari CVR penerbangan JT-610 dan penerbangan JT-043. KNKT menyampaikan, hasil download CVR merekam sejak persiapan penerbangan JT-610 sampai dengan akhir penerbangan. Sedangkan, penerbangan JT-043 sudah terhapus (overwritten) sehingga sudah tidak ada di CVR.
“KNKT juga menyampaikan bahwa isi rekaman CVR tidak sama dengan apa yang beredar di media, sehingga menurut KNKT isi berita itu adalah opini seseorang atau beberapa orang yang kemudian dibuat seolah-olah seperti isi CVR,” tegas Soerjanto.
Sehubungan dengan perkembangan investigasi, menurutnya, disampaikan, KNKT telah melakukan kunjungan ke Boeing untuk melakukan rekonstruksi penerbangan JT-610 menggunakan engineering simulator dan diskusi terkait system pesawat B737-8 (MAX). KNKT juga telah berdiskusi dengan Boeing dan FAA terkait design system MCAS (manuvering characteristic augmentation system, Red) dan approval yang diberikan oleh Federal Aviation Administration (FAA).
“Terkait seluruh hasil investigasi ini akan disampaikan oleh KNKT pada final report yang dijadwalkan akan dipublikasikan pada bulan Agustus atau September 2019,” tambah Soerjanto, seperti dilansir BeritaSatu.com.
Kerjasama Otoritas Ethiopia
Terkait kecelakaan yang terjadi di Ethiopia pada 10 Maret 2019, jelasnya, disebutkan di media, ada kesamaan antara kecelakaan ET-302 dengan JT-610.
Sehubungan dengan hal tersebut, KNKT telah mengajukan penawaran kerjasama investigasi dengan otoritas Ethiopia.
Kerjasama ini ditujukan untuk keperluan bersama dan saling melengkapi data kecelakaan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan keselamatan penerbangan.
“Sesuai dengan data yang dimiliki KNKT saat ini, maka kami tidak dapat memberikan komentar tentang ada atau tidaknya kemiripan antara kecelakaan ET-302 dengan JT-610. Jika nantinya ada perkembangan lain dan KNKT dapat diberikan data kecelakaan E-T302, maka tentu kami akan mengkaji dan menganalisa secara mendalam untuk melengkapi data di kecelakaan Lion JT610,” tandas Soerjanto Tjahjono. (B-BS/jr)