BENDERRAnews, 20/3/19 (Jakarta): Semakin terbantahkan tudingan Capres 02, yang menyebutkan BUMN Indonesia terancam bangkrut.
Buktinya, Maskapai Garuda Indonesia mencatatkan capaian tertinggi on time performance (OTP) terbaik mencapai 95,5 persen untuk kategori maskapai penerbangan global dengan jumlah penerbangan di atas 10.000 penerbangan versi Official Airline Guide (OAG) Flightview selama periode Desember 2018 – Februari 2019.
Juga sebelumnya, ternyata, satu BUMN lainnyam, yakni PT Pertamina (Persero), di sepanjang 2018 berhasil mencatatkan laba bersih hingga di atas US$2 miliar (Rp28,4 triliun). Capaian laba itu tak jauh beda dibandingkan realisasi pada 2017 sebesar US$ 2,41 miliar.
Ini mempertegas pernyataan Presiden Joko Widodo alias Jokowi di berbagai kesempatan, agar berbicaralah pakai data, jangan asal ngomong.
Satu-satunya di Asia Tenggara
Sementara itu, pada laporan lembaga pemeringkatan OTP independen tersebut, Garuda Indonesia turut menjadi satu-satunya maskapai asal Asia Tenggara yang berhasil mempertahankan capaian kinerja tersebut dalam peringkat lima besar maskapai global. Yakni, dengan capaian OTP terbaik.
Direktur Operasi Garuda Indonesia, Capt Bambang Adisurya Angkasa mengungkapkan, pencapaian tingkat OTP tersebut tentunya tidak terlepas dari upaya Garuda Indonesia untuk memberikan layanan terbaik bagi pengguna jasanya, khususnya dalam aspek operasional penerbangan.
“Capaian positif ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi kami dalam mempertahankan kinerja operasional maskapai khususnya dalam hal tingkat ketepatan waktu maskapai,” ungkap Bambang dalam keterangan resmi, Rabu (20/3/19) sebagaimana diberitakan Investor Daily.
Dia menuturkan, ke depannya diharapkan capaian kinerja OTP ini dapat terus dipertahankan dengan baik melalui koordinasi intensif dan optimalisasi lini layanan operasional bersama seluruh pemangku kepentingan.
“Pada kesempatan ini kami turut menyampaikan apresiasi kepada pelanggan setia Garuda Indonesia yang turut memberikan kontribusi terhadap capaian ini dengan selalu melakukan proses check in tepat waktu sehingga sangat menunjang kelancaran dan ketepatan jadwal penerbangan,” demikian Bambang, seperti juga dilansir BeritaSatu.com.
Pertamina raup laba
Secara terpisah, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati pun membantah, BUMN yang dipimpinnya itu merugi sepanjang tahun lalu. Padahal, kinerja keuangan perseroan pada tahun lalu lebih baik dibandingkan pada 2017.
“Laba tahun 2018 di atas US$2 miliar. Kalau ada yang katakan Pertamina rugi itu bohong besar. Jadi dari sisi pendapatan dan aset, semua meningkat,” kata Nicke Widyawati dalam acara BUMN Goes to Campus di Pekanbaru, Selasa (19/3/19) lalu.
Dijelaskan pula, pendapatan perseroan 2018, juga meningkat menjadi US$56 miliar dibandingkan 2017 sebesar US$42,5 miliar.
Berdasarkan data Investor Daily, perolehan laba Pertamina terus tergerus sejak 2016 lalu. Pada 2016, laba perusahaan Migas pelat merah itu menyentuh US$3,15 miliar. Namun kemudian turun menjadi US$2,41 miliar pada 2017 dan sekitar US$2 miliar pada 2018.
Namun, dari sisi pendapatan, kinerja BUNN itu justru membaik. Di 2016, pendapatan Pertamina tercatat hanya US$39,81 miliar. Capaian pendapatan ini meningkat menjadi US$46 miliar di 2017 dan US$56 miliar di 2018.
Jokowi: Pakai data
Sebelumnya, di tempat berbeda, Calon Presiden Petahana Joko Widodo meminta capres Prabowo Subianto tidak bersikap pesimis ketika ada keuangan BUMN belum baik.
Hal tersebut disampaikan Jokowi, menanggapi pernyataan Prabowo Subianto yang menyebut perusahaan BUMN akan bangkut satu per satu.
“Ya kalau kita bicara yang penting, satu pakai data, yang kedua jangan pesimis lah,” ujar Jokowi seusai acara pensiunan di International Convention Center (SICC), Sentul Bogor, Rabu (16/1/19) lalu.
Sedangkan dalam pidato kebangsaan Indonesia Menang beberapa sebelumnya, capres Prabowo Subianto menyampaikan banyak BUMN yang terancam bangkrut karena terus merugi dan utang menumpuk.
“Pertamina, PLN, Krakatau Steel, sekarang utangnya mengerikan. Kalau ada BUMN yang untung, untungnya pun tak seberapa,” cetus Prabowo Subianto, dalam acara Konsolidasi Koordinator TPS se-Provinsi DKI Jakarta, di Roemah Djoeang Prabowo-Sandi, Jalan Wijaya I no 81, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (13/1/19).
Hadapi secara optimis
Dengan rendah hati, Jokowi mengakui saat ini memang masih banyak perusahaan pelat merah yang belum baik, dan kondisi tersebut harus dihadapi dengan optimis, bukan malah bersikap pesimis dalam memperbaikinya.
“Kalau ada yang belum baik, ya banyak yang belum baik, tapi kita harus optimis kita perbaiki. Kita perbaiki, kita perbaiki, itu tugas kita,” papar Jokowi.
Jokowi enggan menilai Prabowo Subianto menggunakan data yang salah dalam memandang keuangan BUMN, dan menyerahkan hal tersebut kepada Menteri BUMN Rini Soemarno.
“Urusan data, urusan BUMN, ke Ibu Menteri BUMN,” kata Jokowi.
Kesimpulan ceroboh
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan, ungkapan Prabowo Subianto mengenai BUMN satu per satu mulai bangkrut merupakan kesimpulan yang ceroboh.
“Itu kesimpulan yang terlalu ceroboh,” kata Darmin di Komplek Istana, Jakarta, Senin (14/1/19), seperti dilansir Detik.com.
Darmin juga mempertanyakan dasar penilaian BUMN yang mulai satu per satu bangkrut.
Pertanyakan data
Sebelumnya juga, Menteri BUMN Rini Soemarno mempertanyakan data dan bukti ke Prabowo Subianto yang menyebut perusahaan pelat merah akan bangkrut satu per satu.
“Ya buktinya mana? Orang ngomong kan bisa saja, gampang bicara, sekarang lihat bukti-buktinya apa?” ujar Rini Soemarno di kompleks Istana Kepresidenan, seperti filansir Tribunnews.com.
Ketika disinggung PT Garuda Indonesia (Persero) yang terus mengalami kerugian, di mana pada kuartal III 2018 merugi sebesar 114, 08 miliar dolar AS, Rini Soemarno menyebut maskapai penerbangan pelat merah tersebut memang kerap diserang isu negatif sejak dahulu.
“Garuda sudah lama mendapatkan banyak isu, kita sekarang menyelesaikannya, Insyaallah semua lancar,” ucapnya.
Upaya penyehatan keuangan Garuda, kata Rini Soemarno, dilakukan dengan melakukan renegosiasi kontak-kontrak lima sampai tujuh tahun yang lalu, di mana nilai kontrak tersebut terlalu mahal.
“Saya yakin kita bisa perbaiki semua. Kita harus menjaga keberlangsungan BUMN-BUMN tersebut. Kita punya karyawan yang banyak, karyawan itu juga punya keluarga, kita harus jaga semua. Jadi kalau bicara, marilah bicara dengan benar, dengan data yang kuat,” papar Rini Soemarno. (B-ANT/ID/BS/jr)