BENDERRAnews, 12/3/19 (Tangerang Selatan): Aksi Joko Widodo, Capres Nomor Urut 01 agaknya membuat kalangan tertentu jadi lebay.
Ya, di berbagai kesempatan, Joko Widodo alias Jokowi selalu tampil dengan gaya merakyat. Penampilannya yang sederhana dan tulus ini, benar-benar menjadi ciri khas tersendiri Jokowi.
Buktinya, di banyak kesempatan, Jokowi lebih merasa nyaman saat berdampingan langsung rakyatnya.
Gaya khasnya itu kembali ditunjukkan saat Jokowi menumpangi Kereta Rel Listrik (KRL) dari Jakarta menuju Bogor, pada Rabu 6 Maret 2019 lalu.
Meski menjabat sebagai Presiden, dia tak menunjukkan rasa risih sedikitpun saat ikut berdesak-desakan bersama penumpang lain.
Apa yang dilakukan Jokowi menuai banyak pujian masyarakat luas. Namun lawan politiknya justru menuding, gaya merakyatnya itu hanyalah pencitraan semata menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 17 April mendatang.
Cermin dari kepribadian
Wakil Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Provinsi Banten, Wawan Irawan, mengatakan, apa yang ditunjukkan Jokowi selama memimpin merupakan cermin dari kepribadiannya. Kesederhanaan itu, jelas Wawan, sangat berbanding terbalik dari kata pencitraan.
“Kan masyarakat sekarang bisa mengamati langsung bagaimana masa-masa beliau memimpin Kota Solo, lalu jadi Gubernur DKI Jakarta, hingga sekarang sebagai Presiden dan Capres (untuk 2019-2024), semua tampil begitu adanya. Karena memang itulah kepribadian beliau. Pemimpin yang sederhana dan merakyat,” kata Wawan melalui keterangan tertulis, sebagaimana dilansir BeritaSatu.com, Minggu (10/3/19) kemarin.
Disebutnya lagi, sifat dan kepribadian seperti itulah yang sangat jarang dimiliki oleh seorang pemimpin. Sehingga kecintaan masyarakat terhadap Jokowi terus mengalami peningkatan, ditambah lagi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan sangat menopang sendi kehidupan rakyat kecil.
“Tak hanya sederhana dan merakyat, tapi beliau juga mewujudkan keberpihakan kepada wong cilik melalui program-programnya. Kami pikir kalau ada yang bilang itu pencitraan, ya biarkan saja. Kan itu sebenarnya sedang menunjukkan jika kubu sebelah ini linglung, mereka bingung, harus dengan cara apa lagi mengejar suara Pak Jokowi,” tambahnya.
Program topang kesejahteraan
Dibeberkannya, program-program baru Jokowi yang ditujukan guna menopang kesejahteraan masyarakat antara lain, Kartu Sembako Murah, Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, dan Kartu Pra-Kerja.
Ketiga program baru itu merupakan upaya untuk menstimulasi atau memacu produktivitas masyarakat agar semakin tinggi, terutama pada bidang pendidikan.
Dengan demikian, Indonesia bisa menjadi negara maju dan produktif dengan SDM yang berkualitas.
“Tiga program baru yang dicanangkan Pak Jokowi merupakan program populis yang sangat diperlukan oleh masyarakat, terutama pada kelompok prasejahtera. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa Pak Jokowi pro-rakyat kecil,” tukasnya.
Kemenangan perkuat toleransi
Sementara itu, Sekretaris TKD Kota Bogor, Jawa Barat, Vayireh Sitohang mengatakan, terus berupaya memperkuat dukungan guna memenangkan Joko Widodo – Ma’ruf Amin.
Kemenangan Jokowi-Amin dipastikan untuk membangun bangsa dan negara, memperkuat toleransi dan semangat kebangsaan. Juga menjamin kesejahteraan yang adil dan makmur.
Disebutnya, masyarakat Bogor harus terus diyakinkan, visi Jokowi-Amin ialah memprioritaskan kepentingan bangsa dan masyarakat secara menyeluruh.
Hal tersebut patut diteruskan oleh berbagai elemen dalam TKD Bogor sehingga visi dan pesan dari Jokowi-Amin bisa sampai di lapisan masyarakat paling bawah.
Apa lagi, Jokowi sendiri sudah mempunyai rekan jejak dan terbukti dalam membangun bangsa sejak jadi walikota, gubernur dan presiden.
“Jikalau kita ingin pekerjaan membangun bangsa dan negara yang sedang dilaksanakan segera dituntaskan dan berpihak bagi bangsa Indonesia, maka mutlak Jokowi-Amin wajib dimenangkan lagi,” tegasnya.
Tradisi keluarga nasionalis
Selain itu, katanya, komitmen dalam persatuan yang berakar pada toleransi dan keharmonisan tanpa ketakutan dan intimidasi juga merupakan salah satu bukti untuk memastikan pilihan pada Jokowi-Amin.
Jokowi dengan tradisi keluarga nasionalis yang kuat, berorientasi pada penguatan kebangsaan.
Sedangkan, Kiayi Mar’uf Amin dari turunan keluarga ulama mempunyai orientasi penguatan akhlak dan moral.
Mantan aktivis Gerakan Mahasiswa (Gema) IPB ini juga menjelaskan, komitmen tersebut juga akan dibuktikan dengan pembangunan ekonomi berbasis rakyat kecil dan kaum Marhaen.
“Sejalan dengan itu, pemerintahan mendatang juga harus memperkuat daya saing sumber daya manusia (SDM) menjadi lebih baik,” demikian Vayireh Sitohang. (B-BS/jr)