BENDERRAnews, 4/3/19 (Lippo Village): Sesungguhnya, sejak dulu poster film menjadi media utama periklanan dan promosi film bioskop.
Tampilanya yang iconic dan benar-benar menarik mata, membuat banyak film langsung mendapat atensi khalayak. Sebuh saja beberapa film seperti Keluarga Cemara (2019); Love For Sale (2018); Tusuk Jelangkung (2018), dan film ternama lainnya yang menggunakan poster publikasi garapan Alvin Hariz dan Hangga Putra, sebagai media untuk menarik minat penonton.
Nah, bagi keduanya, salah satu kunci poster film itu ialah iconic itu tadi. Dan tentunya harus menggambarkan isi, emosi, tema, dan genre film tanpa harus melihat trailer sebagai rujukan lebih mendalam.
Inilah hal penting yang disampaikan oleh Alvin Hariz dan Hangga Putra sebagai pelaku kreatif di dunia desain, melalui kuliah umum “Design Roundtable 6: Exposing a New Kind of Movie Poster in Indonesian Movie Indsutry”.
Seperti dilansir Tim Media Universitas Pelita Harapan (UPH), talkshow ini diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) Desain Komunikasi ‘Visual School of Design’ (DKV SoD) pada 18 Februari 2019 di Pelita Hall UPH, Kampus Lippo Village, Karawaci, Tangerang.
Para desainer ditarget
Melihat kebutuhan permintaan saat ini, menuntut promosi disajikan dengan serba cepat dan harus tersebar ke dalam berbagai kanal media sosial dan platform.
Karenanya, tidak ketinggalan, permintaan produser yang menargetkan desainer-desainer film untuk bisa menarik semua kalangan sehingga menonton film.
“Karena itu, sering kali desainer film itu di-‘request’ untuk membuat poster yang tidak terlalu esthetic atau terlalu idealis. Yang penting adalah cukup meyakinkan calon penonton dari segala kalangan untuk tertarik menonton film tersebut.” papar Alvin.
Ia juga menjelaskan beberapa tahapan kreatif di balik pembuatan poster film. Tahapan pertama mendesain logo branding untuk film yang disebut dengan tahapan “Movie Logo”. Ini hal paling krusial dalam poster film, karena merupakan hal yang pertama kali dilihat oleh calon penonton.
Tahapan kedua, “Sketch Draft”. “Tahapan ini adalah membuat dan menggambar vision atau arahan desain. Dalam memudahkan client dalam memilih, sketch draft biasanya dibuat 3-4 model.” tuturnya.
Selanjutnya tahapan ketiga, dinamakan “Creative Concept”. Yaitu, desainer mempresentasikan background, angle photo, dan sketch draft kepada produser. “Tujuan dari tahapan ini adalah agar produser maupun photographer mengerti arahan visualisasi kita.” ujarnya.
Sedangkan tahap keempat, yaitu proses pembuatan moodboard yang memuat suasana, warna, dan tema, sehingga membuat bayangan akan seperti apa hasil desainnya.
Kemudian tahap kelima, menentukan “Color Palette” dan tone untuk poster. Hal ini membantu dalam pemilihan kostum pada saat sesi foto pemain.
“Kemudian, tahap keenam, yaitu “Photo Session”. Yaitu, dimana photographer bekerja sama dengan desainer dalam membuat kebutuhan poster. Tahap selanjutnya adalah “Retouch”. Yakni, proses pengeditan foto setelah sesi foto,” katanya lagi.
Retouch ini, menurutnya, seperti “mempercantik” foto agar disesuaikan dengan kebutuhan poster.
“Kemudian tahap terakhir adalah “Design & Digital Imaging” yang merupakan tahapan perapihan dalam mengedit kebutuhan poster film,” jelasnya.
Selebihnya Alvin dan Hangga memberikan masukan kepada mahasiswa DKV UPH untuk menanam mimpi setinggi mungkin. Juga memisahkan diri, agar tidak terperdaya oleh orang sekitar. “Kedua, adalah untuk bekerja sesuai passion karena menjalani pekerjaan yang tidak sesuai dengan passion menjadi hal yang berat untuk dijalani,” demikian keduanya dalam tajuk pendalaman tentang poster film tersebut. (B-r/jr)