BENDERRAnews, 5/2/19 (Manila): Sampai saat ini, otoritas Filipina belum bisa memastikan, pelaku bom gereja di Jolo, Provinsi Sulu, merupakan suami istri warga negara Indonesia.
Demikian klarifikasi dari Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Filipina, Sinyo Harry Sarundajang.
Sinyo menjelaskan, sejak serangan ke gereja di Jolo, Kedubes RI di Manila dan Konsulat Jenderal RI di Davao berusaha mendapatkan perkembangan terbaru lewat koordinasi dengan Komando Mindanao Barat (Westmincomd), Angkatan Bersenjata Filipina (AFP), Layanan Intelijen Angkatan Bersenjata Filipina (ISAFP), Badan Koordinasi Intelijen Nasional (NICA), dan Kepolisian Nasional Filipina (PNP).
“Ketika dihubungi oleh KBRI Manila, pihak Westmincomd menyatakan, bahwa saat ini pihak militer masih melakukan investigasi,” kata Sinyo Sarundajang lewat keterangan tertulis yang diterima BeritaSatu.com, Selasa (5/2/19).
Belum dapat disimpulkan
Disebutkan, berdasarkan Westmincomd, yang merupakan komando terpadu angkatan bersenjata Filipina untuk memerangi terorisme dan pemberontakan di Mindanao, kesaksian dan bukti-bukti di lapangan memperlihatkan belum dapat disimpulkan serangan bom ke gereja di Sulu pekan lalu sebagai bom bunuh diri. Apalagi, menyimpulkan pelaku bom bunuh diri adalah WNI.
Pihak Westmincomd akan menghubungi KBRI Manila apabila ada perkembangan lebih lanjut.
“Terkait dengan pernyataan Menteri Dalam Negeri Ano, Westmincomd menyampaikan bahwa belum ada basis valid atas pernyataan tersebut, dan pihaknya belum dapat mengidentifikasi siapa pun sebagai pelaku ledakan di Jolo,” kata Sinyo.
Intelijen Filipina, ujar Sinyo, juga mengakui tidak tahu dasar penyampaian informasi yang diberikan oleh Mendagri Ano tentang keterlibatan WNI pada bom bunuh diri.
“Saat dihubungi oleh KBRI Manila, Badan Koordinasi Intelijen Nasional, secara informal menyatakan keterbukaannya untuk melakukan investigasi gabungan dengan pemerintah RI,” ujarnya.
Teror bom ganda yang meledakkan Gereja Katedral Bunda Maria Gunung Karmel (Our Lady of Mount Carmel) telah menewaskan 22 orang dan melukai lebih dari 111 orang. Pengeboman yang terjadi pada 27 Januari 2019 itu menggunakan dua improvised explosive devices (IED) atau bahan peledak rakitan yang meledak dengan interval ledakan kurang lebih satu menit. (B-BS/jr)