BENDERRAnews, 31/1/19 (Jakarta): Mata uang Rupiah terus menunjukkan ketangguhannya menghadapi gejolak tekanan global. Saat ini, Rupiah menguat untuk menembus angka Rp13.900-an per dolar Amerika Serikat.
Kantor Staf Presiden (KSP) meyakini, peluang penguatan nilai tukar Rupiah dalam beberapa waktu ke depan masih terbuka, dari posisi perdagangan saat ini Rp13.980 per dolar AS. Hal ini didasari tingginya kepercayaan pelaku pasar global terhadap fundamental ekonomi domestik.
Pada perdagangan di pasar spot, Kamis (31/1/19) siang ini hingga pukul 13.00 WIB, Rupiah menguat dan melewati batas psikologis baru di Rp13.984 per dolar AS, dari nilai pembukaan hari ini sebesar Rp14.040 per dolar AS.
“Ekspetasi bahwa kenaikan suku bunga Fed, Bank Sentral AS, akan lebih sabar membantu penguatan itu, ditambah Indonesia menjadi radar investor global,” kata Deputi III Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis KSP, Denni Puspa Purbasari, usai sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (31/1/19).
Radar investor global
Ia mengatakan, sepanjang awal tahun 2019, investasi ke pasar obligasi dan saham semakin deras. Hal itu tidak lepas dari menariknya profitabilitas di pasar saham, yang ditunjukkan dengan rasio pendapatan dari harga saham.
Sementara itu, pertumbuhan kredit perbankan sepanjang 2018 yang mencapai 12,9 persen (yoy) juga menopang kepercayaan investor asing. “Indonesia menjadi salah satu radar investor global untuk jadi sasaran dana-dana masuk, karena dilihat dari price earning ratio dan satunya lagi earning growth itu di Indonesia masih kompetitif. Jadi why not, kamu taruh uangnya lagi di Indonesia,” ujarnya.
Selain dari domestik, pemicu penguatan Rupiah ialah pernyataan Bank Sentral AS, The Fed, yang semakin menekankan kenaikan suku bunga acuan di negara Paman Sam tidak akan agresif.
Mengutip pidato Gubernur Fed Jerome Powell pada Rabu (30/1/19), Bank Sentral AS mengatakan akan menggunakan pendekatan yang lebih “sabar” untuk kenaikan suku bunga.
Saat ini, suku bunga acuan Fed atau Fed Funds Rate berada di kisaran 2,25 persen-2,5 persen. “Maka itu saya perkirakan dana asing akan terus mengalir dan semakin memperkuat Rupiah,” ujar Denni.
Ia menjamin pemerintah akan menjaga iklim perekonomian domestik di tahun politik ini untuk memelihara kepercayaan pelaku pasar.
“Tapi yang pasti, ekonomi indonesia akan selalu diupayakan berjalan semakin baik, dan kinerja dunia usaha akan berbanding lurus dengan itu sehingga dana global akan mengalir masuk,” ujar Denni Puspa Purbasari seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’.
Kemampuan meng-‘absorb shock’
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengatakan fluktuasi Rupiah menunjukkan kemampuan mata uang Garuda dalam beradaptasi dengan perekonomian global.
Berdasarkan kurs referensi Bloomberg, nilai tukar Rupiah Kamis siang ini (31/1/19) menembus angka Rp13.989 per dolar AS.
“Fleksibilitas Rupiah bukan merupakan tanda kelemahan. Fleksibilitas ini merupakan kemampuan untuk meng-absorb shock melalui adjustment dari nilai tukar,” tutur Sri Mulyani dalam acara “Asian Insight Conference 2019” di Hotel Mulia, Jakarta pada Kamis (31/1/19).
Ia mengatakan, negara yang fluktuasi menunjukkan kemampuannya dalam menghadapi gejolak perekonomian global. Justru jika mata uang suatu negara tidak mengalami fluktuasi, menunjukkan hanya meredakan ketegangan sementara, namun akan berdampak kurang baik bila terjadi krisis global.
Peran Pemerintah dan BI
Fleksbilitas merupakan bagian dari daya tahan perekonomian selama mampu dijaga tanpa menimbulkan volatilias yang terlalu ekstrem.
Di sinilah peran dari Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga tekanan perekonomian global.
Selama Mei sampai Desember 2018, BI sudah menaikkan suku bunga acuan selama enam kali.
Kenaikan suku bunga acuan terjadi sebesar 175 basis poin dari 4,25 persen menjadi enam persen. “Pembuat kebijakan seperti kami dan BI bertugas membuat shockbreaker dalam perekonomian, namun tetap menjaga stabilitas dan keberlanjutan ekonomi Indonesia. Hal ini terlihat dengan inflasi yang relatif stabil dan terjaga,” tutur Sri Mulyani, yang terpilih sebagai menteri terbaik se-dunia tahun lalu. (B-BS/jr)