BENDERRAnews, 28/1/19 (Ternate): Aksi simpatik dilakukan Pemprov Maluku Utara dengan memprioritaskan para mahasiswa anak petani kelapa yang kuliah di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta untuk mendapat beasiswa pada 2019. Hal itu menyusul harga kopra yang terus merosot sehingga memberatkan para petani kelapa.
“Mahasiswa anak petani kelapa diprioritaskan mendapat beasiswa dari pemerintah provinsi (Pemprov), karena mereka kesulitan membayar biaya kuliah akibat anjloknya harga kopra dewasa ini,” kata Wakil Gubernur (Wagub) Maluku Utara (Malut), M Nasir Thaib di Ternate, pekan lalu.
Sejak anjloknya harga kopra di Malut yang hanya mencapai Rp3.000-an per kilogram (kg), para petani kelapa di daerah tidak lagi mengolah kopra untuk menghindari kerugian. Hal itu menyebabkan para petani tidak lagi memiliki penghasilan untuk membiayai kuliah anak.
Wagub tidak menyebut secara rinci jumlah mahasiswa anak petani kelapa di Malut yang akan mendapat beasiswa dengan alasan masih dalam pendataan bekerja sama dengan seluruh perguruan tinggi dan swasta di daerah ini.
Pemberian beasiswa kepada mahasiswa anak petani kelapa tersebut, merupakan bentuk kepedulian Pemprov Malut terhadap kelangsungan pendidikan anak petani kelapa, sebagai bagian dari generasi yang kelak akan melanjutkan pendidikan di daerah ini.
Sambut positif
Salah seorang mahasiswa anak petani kelapa yang kuliah di Unversitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Riski Muale, menyambut positif atas kepedulian Pemprov Malut tersebut, namun diharapkan beasiswa itu tidak hanya untuk membayar uang semester. Masalahnya kalau hanya untuk uang semester, mahasiswa tetap akan kesulitan untuk kuliah karena masih membutuhkan biaya lain, seperti sewa kamar kos dan uang makan sehari-hari.
Oleh karena itu, dia mengharapkan kepada Pemprov Malut, agar beasiswa yang diberikan selain uang semester juga biaya sewa kamar kos dan uang makan. Karena dengan harga kopra yang masih anjlok sekarang ini, orang tua belum memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan sewa kamar kos dan uang makan.
Selain itu, Pemprov Malut harus segera mengupayakan naiknya harga kopra sampai di atas Rp6.000 per kg, agar para petani kelapa di daerah ini bisa mendapat keuntungan dari mengolah kopra yang pada gilirannya tidak lagi kesulitan memenuhi kebutuhan kuliah anaknya. Demikian ANTARA memberitakan, seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’.
Berharap di Sulut
Sementara itu, seorang petani kelapa di kawasan Tonsea, Minahasa Utara (Minut), Sulawesi Utara (Sulut), Arnold Frederik beropini, langkah Pemprov Malut cukup simpatik dan patut diapresiasi.
“Sulut dikenal dan berjuluk ‘Bumi Nyiur Melambai’, karena mayoritas petaninya mengelola perkebunan kelapa. Artinya, banyak keluarga petani kelapa yang sekarang terpukul mara pecaharian utamanya, yakni usaha tani jelapa, karena harga kopra anjlok. Karenanya, perlu ada kebijakan khusus Pemprov Sulut dan Pemkab Minut serta di daerah srntra kelapa lainnya kepada para keluarga petani kelapa,” ujar pensiunan ASN yang kini tetap semangat menanam kelapa di kawasan desa Kuil, Kawangkoan, Minut.
Tentang adanya beasiswa bagi anak petani kelapa, menurutnya, bisa saja itu duberlakukan dengan pola tertentu, misalnya berupa subsidi kebutuhan kuliah. “Tapi yang utama, ada kebijakan menyeluruh untuk mengembangkan ekonomi kelapa dengan target bisa menghasilkan diversivikasi produk, sehingga petani tidak hanya bergantung pada satu produk, yakni kopra,” ujar alumnus FE Unsrat ini.
Arnold Frederik juga berharap, Unsrat bisa melahirkan inovasi-inovasi teknologi perkelapaan yang baru dan bisa ditetapkan para petani kelapa. “Pemerintah dan perguruan tinggi harus bekerjasama mencari terobosan, agar situasi klasik seperti sekarang tidak berulang-ulang terjadi, di mana ketika harga kopra anjlok, sangat memukul petani, karena hanya itu priduk utamanya,” demikian Arnold Frederik. (B-ANT/BS/jr)