BENDERRAnews, 6/12/18 (Jakarta): Ternyata, amatan para jurnalis yang terbiasa meliput acara-acara kolosal, juga kalkulasi aparat keamanan, tidak sesuai dengan perhitungan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, mengenai jumlah massa di reuni 212.
Urusan taksir-menaksir jumlah massa pada suatu perhelatan, apalagi itu di ruang terbuka, memang setiap institusi sudah punya standard bakunya.
Berdasarkan pengalaman empiris, para jurnalis biasanya menghitung jumlah massa berbasis luas kawasan dan pergerakan manusia. Sementara aparat keamanan, tentu punya dasar hitungan tersendiri. Yakni berasal berbagai sumber, termasuk dikompilasikan dengan data orang maupun kendaraaan masuk ibukota Jakarta, juga yang menuju sentra acara di kawasan Monas, Jakarta Pusat.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo misalnya, sebelumnya menaksir jumlah massa yang hadir dalam Reuni Aksi 212 hanya berkisar angka 40 ribu.
Hal itu kemudian dipertegas oleh Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Polri, Komisaris Besar Syahar Diantono dengan mengatakan, jumlah tersebut diperoleh berdasarkan laporan dari anggota polisi yang berada di lapangan.
“Tentunya itu ada petugas kami di lapangan yang disampaikan,” kata Syahar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (3/12/18) awal pekan ini.
Berdasarkan laporan dari anggota polisi yang berada di lapangan, kata Syahrar, jumlah massa yang hadir dalam Reuni Aksi 212 berkisar angka 50 ribu hingga 60 ribu.
Sementara itu, sebagian jurnalis melaporkan lewat medianya masing-masing, jumlah massa diperkirakan 30.000-an. Hal itu juga ditayang CNN Indonesia.
Prabowo pun kesal
Namun, jumlah itu ternyata tidak sesuai dengan hitung-hitungan Prabowo (atau timnya, Red). Dia pun menyampaikan kekesalannya kepada sejumlah media arus utama (mainstream) di Indonesia saat dia berpidato di acara puncak Hari Disabilitas Internasional, Rabu (5/12/18).
Dalam kesempatan itu, demikian CNN Indonesia, Prabowo mempersoalkan objektifitas media saat meliput reuni 212 di Monumen Nasional (Monas), Minggu (2/12/18) lalu.
Prabowo menegaskan, jumlah massa yang menghadiri aksi reuni 212 kemarin mencapai 11 juta peserta.
“Buktinya media hampir semua tidak mau meliput 11 juta lebih orang yang kumpul, belum pernah terjadi di dunia,” tegas Prabowo di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Atas fakta itu, Prabowo pun meragukan netralitas jurnalis saat meliput aksi yang ia hadiri tersebut.
“Saya katakan, hei media-media yang tidak mau mengatakan ada belasan juta orang atau minimal berapa juta orang di situ, kau sudah tidak berhak menyandang predikat jurnalis lagi. kau boleh kau cetak, boleh kau ke sini dan ke sana, saya tidak mengakui anda sebagai jurnalis,” ujar Prabowo berapi-api.
Tuding media kerap berbohong
Prabowo kemudian menyebut media saat ini kerap berbohong dan banyak memanipulasi rakyat. Hal itu semakin terbukti dari pemberitaan reuni 212. Dia menyebutkan, media sedang menelanjangi diri sendiri dengan tak ingin memberitakan sesuatu yang benar-benar terjadi.
Jurnalis, menurut Prabowo, telah mengkhianati profesi mereka sendiri sebagai wartawan saat melakukan peliputan reuni 212.
“Mereka menelanjangi diri di hadapan rakyat. Ada belasan juta mereka tidak mau laporkan. Mereka mengkhianati tugas sebagai wartawan,” kata Prabowo.
Prabowo bahkan meminta masyarakat tak lagi menghormati profesi jurnalis karena menurutnya sudah tak lagi objektif.
“Tidak usah, saya sarankan kalian tidak usah hormat sama mereka (wartawan) lagi. Mereka hanya anteknya orang yang ingin hancurkan Republik Indonesia,” katanya.
Omeli jurnalis saat wawancara
Kekesalan Prabowo pun berlanjut pada sesi wawancara dengan media. Prabowo menolak pertanyaan dari sejumlah media yang menurut dia sudah tak lagi objektif. Bahkan secara terang-terangan Prabowo mengomeli beberapa jurnalis yang mengajukan pertanyaan padanya.
“Kau dari mana?” tanya Prabowo kepada wartawan CNNIndonesia.com.
“Kau tulis 30 ribu, tidak kau tulis 11 juta. CNN itu yang bilang 30 ribu, bilang pada redakturmu. Itu kan tidak objektif. Tidak boleh dong. Kebebasan pers jurnalism itu harus objektif memberi tahu apa adanya,” tambah Prabowo dengan nada kesal.
Di akhir sesi wawancara, Prabowo kembali menegaskan tidak akan memberi keterangan apapun kepada media yang dia anggap tidak jelas. Tapi Prabowo Subianto pun menyambungnya, yakni, ucapannya pun pasti sudah tidak akan disiarkan juga. (B-CNN/jr)