BENDERRAnews, 26/11/18 (Magelang): Menggunakan jaket merah berani, salah satu legenda hidup musik Indonesia, Nomo Koeswoyo, ternyata begitu serius ketika berbicara tentang nikai-nikai kebangsaan.
Diberitakan, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDI-P), Hasto Kristiyanto bertamu ke kediaman musikus kondang Nomo Koeswoyo inu di Kota Magelang, Senin (26/11/18). Kunjungan Hasto ke rumah salah satu pendiri Koes Bersaudara itu dalam rangka Safari Politik Kebangsaan II yang menyusuri jalur selatan Pulau Jawa.
Hasto yang juga Sektetaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, mengunjungi Nomo untuk sarapan bareng. Dua generasi penerus ‘dinasti Koeswoyo, Chica Koeswoyo dan Sari Koeswoyo ikut mendampingi Nomo saat menerima kedatangan Hasto.
Selanjutnya, Hasto dan Nomo berdialog sembari sarapan di depan studio. Patung kepala banteng menghiasi tembok yang membatasi studio dengan ruang tamu.
Halaman rumah Nomo tampak asri. Di belakang rumahnya ada lembah, sungai, dan persawahan yang terlihat hijau.
Nomo lantas mempersilakan Hasto duduk. Ada pula anggota DPR dari Fraksi PDI-P Nusyirwan Soedjono yang ikut dalam pertemuan itu.
Kegelisahan Nomo
Nomo menceritakan, kegelisahannya dengan kondisi akhir-akhir ini, yang merupakan refleksi dari kontemplasinya, terutama mengenai tergerusnya nilai-nilai kebangsaan dan menguatnya radikalisme.
“Kok jadi begini,” katanya dalam nada dan mimik muka serius.
Hasto pun menimpali. Disebutnya, PDI-P saat ini menggencarkan semangat nasionalisme.
“Makanya kami terus gelorakan pesan-pesan Bung Karno,” ujar Hasto.
Nomo memahami itu dan erespins dengan sikapnya tetap dalam nasionalis pro Merah Putih, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Karena itu Hasto meminta Nomo tetap mendendangkan lagu-lagi Koes Bersaudara yang penuh pesan nasionalisme. Namun, Nomo malah memotong perkataan Hasto.
“Njenengan wae sing nyanyi (Anda saja yang bernyanyi, red),” ujar Nomo seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’.
Tak lama kemudian Ketua DPP PDI-P, Djarot S Hidayat hadir di rumah Nomo. Saat Nomo memberi salam dengan bahasa Jawa monggo, Djarot menjawabnya dengan salam khas Batak Karo. “Mejuah-juah,” kata Djarot.
Djarot merupajan mantan calon gubernur Sumatera Utara, dan kini maju sebagai calon anggota legislatif (Caleg) PDI-P Sumut.
Djarot lalu menimbrung pembicaraan yang tampak gayeng. Mantan gubernur DKI itu seolah membenarkan keputusan Nomo tinggal di Magelang.
“Magelang kok enak banget,” ujar Djarot yang juga lahir di Kota Militer itu. (B-BS/jr)