BENDERRAnews, 15/10/18 (Jakarta): Kita seyogianya menahan diri untuk tidak asal mengambil data ‘abal-abal’ lalu menyebarluaskan. Terutama mengenai dinamika perekonomian kita.
Nah, Anda mau data resmi dan kredibel tentang ekonomi Indonesia yang dikeluarkan badan berkompeten?
Simaklah apa yang dirilis pihak Badan Pusat Statistik (BPS) terkini.
“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–September 2018 mencapai US$134,99 miliar atau meningkat 9,41 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$122,31 miliar atau meningkat 9,29 persen,” tulis data BPS yang dipublikasikan Senin (15/10/18).
Sementara itu, nilai ekspor Indonesia September 2018 mencapai US$14,83 miliar atau menurun 6,58 persen dibanding ekspor Agustus 2018. Sementara dibanding September 2017 meningkat 1,70 persen.
Adapun impor September 2018 mencapai US$14,60 miliar atau turun 13,18 persen dibanding Agustus 2018, sebaliknya jika dibandingkan September 2017 naik 14,18 persen.
Dengan demikian, neraca perdagangan September surplus US$230 juta. Padahal, Agustus 2018 lalu, defisit neraca perdagangan mencapai US$1,02 miliar.
BPS juga mencatat sektor Migas mengekspor senilai US$1,21 miliar per September 2018, atau lebih rendah ketimbang impor yang US$2,28 miliar. Sehingga masih tercatat defisit US$1,07 miliar.
Sedangkan ekspor nonmigas September 2018 mencapai US$13,62 miliar, turun 5,67 persen dibanding Agustus 2018. Sementara dibanding ekspor nonmigas September 2017, naik 3,78 persen.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas September 2018 terhadap Agustus 2018 terjadi pada mesin/peralatan listrik sebesar US$98,2 juta (11,48 persen). Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$75,3 juta (18,86 persen).
Tiongkok-AS-Jepang
Selanjutnya, ekspor nonmigas September 2018 terbesar masih ke Tiongkok dan Amerika Serikat (AS)
Tercatat, ke Tiongkok yaitu US$1,93 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,49 miliar dan Jepang US$1,33 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,83 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,39 miliar.
Berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–September 2018 naik 5,71 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 31,65 persen, sementara ekspor hasil pertanian turun 8,33 persen.
Berdasarkan provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–September 2018 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$22,76 miliar (16,86 persen), diikuti Jawa Timur US$14,26 miliar (10,56 persen) dan Kalimantan Timur US$13,67 miliar (10,13 persen).
Fluktuasi impor
Sementara itu, impor nonmigas September 2018 mencapai US$12,32 miliar atau turun 10,52 persen dibanding Agustus 2018, namun meningkat 13,54 persen dibanding September 2017.
Lalu, impor migas September 2018 mencapai US$2,28 miliar atau turun 25,20 persen dibanding Agustus 2018 dan meningkat 17,75 persen dibanding September 2017.
Penurunan impor nonmigas terbesar September 2018 dibanding Agustus 2018 ialah golongan mesin/peralatan listrik US$259,5 juta (13,22 persen). Sedangkan peningkatan terbesar ialah golongan buah-buahan sebesar US$42,2 juta (66,46 persen).
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–September 2018 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai US$32,48 miliar (27,83 persen), JepangUS$ 13,31 miliar (11,40 persen), dan Thailand US$8,21 miliar (7,03 persen).
Impor nonmigas dari ASEAN 20,42 persen, sementara dari Uni Eropa 9,11 persen.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari–September 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 26,39 persen, 22,06 persen, dan 27,86 persen. Demikian ‘BeritaSatu.com’. (B-BS/jr)