BENDERRAnews, 12/10/18 (Lippo Village): Mulai hari ini, redaksi akan menurunkan seri artikel dan kajian akademik praktis dari Prof Dr Manlian Ronald A Simanjuntak, ST, MT, D.Min, Guru Besar Universitas Pelita Harapan.
Beberapa artikelnya juga sering dimuat sejumlah media ‘mainstream’, juga media online, serta beberapa kali dikirim ke redaksi melalui fasilitas jaringan pribadi, yang dikirim langsung Prof Simanjuntak dari kampus Universitas Pelita Harapan (UPH), Lippo Village, Karawaci, Tangerang, Banten. Berikut salah satu artikelnya terkini:
Latar belakang
Belajar dari kejadian bencana gempa di Lombok-Bali-Jawa Timur dan Sulawesi Tengah, bagi Indonesia “bencana gempa” yang terjadi sesungguhnya bukan sebagai hambatan. Sebaliknya, merupakan “peluang” untuk Indonesia bangkit lebih baik.
Gempa sebagai bencana tidak dapat diprediksi. Mencermati data gap gempa Lombok dan gempa Sulawesi Tengah (Sulteng) 5,1 SR – 7,4 SR, sungguh belum ada satu alat apa pun di muka bumi ini yang mampu “menentukan” kapan dan bagaimana besar dampak kekuatan gempa terjadi.
Namun, dari data kejadian gempa yang terjadi dalam beberapa kurun waktu akhir-akhir ini, “perilaku gempa” dapat dipelajari.
Nah, dari kajian komprehensif terhadap siklus bencana yang dimulai pada rahap pra bencana, saat bencana, dan pasca-bencana, “hal utama keselamatan terhadap bencana adalah peran human system yang siap, siaga, tanggap dan mampu menghadapi bencana”.
Keunikan bencana gempa di Aceh sebagai gempa raksasa 9,1 SR, gempa Lombok 7,1 SR, gempa Sulteng 7,7 SR yang dimutakhirkan BMKG sebesar 7,4 SR, menunjukkan besarnya dampak bencana dan sekaligus lemahnya manusia.
Untuk itu, manusia harus belajar “mengenal” bencana. Manusia harus “berelasi” dengan potensi bencana. Pendek kata, manusia harus dapat “merespon” secara benar tentang dampak bencana.
Sikap manusia terhadap bencana ini seharusnya ialah, “beyond” terhadap berbagai sistem deteksi potensi bencana yang dikenal sebagai early warning system. Manusia sebagai human system merupakan sistem terpenting dalam keselamatan terhadap bencana.
Kampanye keselamatan bencana
Berdasarkan latar belakang di atas, Indonesia harus melakukan Kampanye Keselamatan Terhadap Bencana.
Kampanye yang dilakukan bukan demo. Kampanye yang dilakukan bukan sekedar slogan. Tetapi Kampanye Keselamatan Bencana merupakan program berkelanjutan yang resmi secara nasional dan harus masif serta holistik.
Jadi, kampanye ini ialah Program Nasional. Kampanye ini seyogianya bermula dari kepedulian daerah. Kampanye ini merupakan program pemerintah dan juga program masyarakat Indonesia. Digelar bersama, secara gotong royong berbasis spirit dan falsafah ideologi kita.
Lingkup kampanye keselamatan terhadap bencana, yaitu:
1. Kampanye potret peta bencana
2. Kampanye mengenal lingkungan (alam, binaan, sosial)
3. Kampanye tentang budaya keselamatan
4. Kampanye life safety
5. Kampanye tentang keandalan bangunan gedung
6. Kampanye keandalan lingkungan alam
7. Kampanye keandalan lingkungan sosial
8. Kampanye tentang dampak bencana
9. Kampanye manajemen penanggulangan bencana
10. Kampanye programemerintah di seluruh kementerian dan lembaga yang tanggap bencana
11. Kampanye keselamatan bencana yang lintas kementerian, lintas Pemda, dan lintas Masyarakat.
Kembali ke problem pokok. Apakah kita mampu mengetahui bencana gempa akan terjadi lagi? Tidak…..
Apakah berbagai alat dan perlengkapan pendukung mampu mengantisipasi bencana secara khusus gempa? Tidak…..
Apakah kita dapat mengetahui Indonesia tidak akan mengalami bencana gempa di waktu mendatang? Tidak…..
Karenanya, Kampanye Keselamatan Bencana harus kita kerjakan saat ini juga, bersama-sama dan masif serta holistik (menyeluruh). Jadikan Kampanye Keselamatan Bencana menjadi budaya kselamatan Indonesia…!!!. (B/MS/jr)