BENDERRAnews, 2/10/18 (Timika): Di era modern saat ini, pembagian ranah kerja antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja kian melebur.
Tentunya, sudah lazim bagi kalangan masyarakat, melihat kalangan perempuan menjalani profesi yang identik dengan laki-laki, seperti sopir bus, kondektur, hingga penjaga keamanan.
Di bagian timur Indonesia, ada sekelompok perempuan yang begitu lihai mengoperasikan alat-alat berat yang selama ini identik dengan pekerjaan kaum laki-laki.
Kalangan perempuan ini, termasuk para putri dari Tanah Papua merupakan operator alat berat jarak jauh yang bekerja untuk Freeport Indonesia.
Operator alat berat
Senior Vice President-Mine Underground PT Freeport Indonesia, Chris Zimmer, mengatakan, jumlah operator perempuan yang lihai mengendalikan mesin-mesin pertambangan ini mencapai 75 orang. Mereka semua bertugas sebagai operator alat berat jarak jauh di tambang Grasberg Block Cave, dan memiliki peran penting dalam operasi tambang Freeport Indonesia.
“Kami memang mempekerjakan operator alat berat berjenis kelamin perempuan. Sejak tahun lalu, tepatnya tanggal 12 Mei 2017 untuk pertama kalinya seorang karyawati berhasil mendapatkan lisensi penuh untuk mengoperasikan peralatan berat sistem kendali jarak jauh ini,” kata Chris dalam keterangan resminya, Selasa (2/10/18).
Chris menjelaskan, para karyawati ini mengoperasikan alat berat tambang bawah tanah di Grasberg Block Cave. Namun alih-alih mengoperasikan langsung di kedalaman tambang, para operator perempuan ini mengoperasikan menggunakan alat kontrol khusus yang disebut Minegem dari ruang berpendingin udara di Tembagapura, Papua.
“Jadi, mereka tidak melakukan pekerjaan kasar. Mereka menjalankan salah satu peralatan tambang tercanggih di dunia dan telah membuktikan mereka lebih dari mampu untuk melakukannya. Pekerjaan sebagai operator Minegem ini membutuhkan keahlian tinggi serta tentunya ketelatenan dan kesabaran. 75 operator perempuan ini adalah mereka yang terpilih yang telah mengikuti pelatihan panjang hingga mememiliki sertifikat untuk menjadi operator tambang,” paparnya seperti dilansir Suara Pembaruan.
Tingkat produktivitasnya sama
Chris menambahkan, para operator perempuan ini juga mendapatkan penghasilan yang sama dengan rekan kerjanya yang berjenis kelamin laki-laki. Dia menyebutkan, walaupun merupakan perusahaan tambang, namun tidak ada diskriminasi berdasarkan pada jenis kelamin di Freeport Indonesia.
“Tingkat produktivitas para operator Minegem perempuan ini sama dengan operator laki-laki, dan mereka akan memiliki kesempatan pengembangan karir yang sama. Mempekerjakan para perempuan ini bukan sekadar mengisi kekosongan tenaga kerja, lebih dari itu, hal ini berarti mempekerjakan orang-orang terbaik untuk pekerjaan ini dan memberdayakan serta mempercayakan posisi-posisi penting bagi masa depan Freeport Indonesia,” tambah Chris.
Sedangkan Superintendent DMLZ Caving and Rehabilitation, yang merupakan pengawas lapangan bagi para operator Minegem, Hanjas Putra, juga mengakui kemampuan dan produktivitas para operator perempuan ini dalam bekerja.
“Mereka bekerja dalam dua shift, yaitu pagi dan malam. Jadwalnya sama dengan operator laki-laki. Selain itu, para perempuan ini juga bisa memanfaatkan waktu istirahatnya dengan sangat baik sehingga memungkinkan mereka untuk bekerja lebih produktif,” demikian Hanjas Putra. (B-SP/BS/jr)