BENDERRAnews, 11/9/18 (Bekasi): Founder Lippo Group, Mochtar Riady, berulang kali dalam setiap diundang berbicara berbagai forum, mengemukakan, banyak membangun kota baru di wilayah perkotaan, akan menjadi salah satu solusi mengatasi masalah perkotaan.
Dengan begitu, konsentrasi hunian tidak lagi berada di pusat kota melainkan di kawasan pinggiran kota. Dan inilah yang harus dikerjakan.
Hal ini juga disampaikan sosok berjuluk ‘si manusia ide’ ini, dalam acara Seminar ‘Transforming Lives Human and Cities, Who Builds Cities?’ di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, pekan lalu.
Akan tetapi Mochtar mengungkapkan, sesungguhnya dirinya tidak pernah berpikir menjadi pengusaha properti. Karena awalnya lebih banyak berkecimpung dalam dunia perbankan.
“Namun pada tahun 1991, Indonesia mengalami resesi. Banyak pengusaha mengalami kesulitan. Saya terpaksa harus menerima jaminan bank berupa tanah seperti di Lippo Cikarang dan Lippo Karawaci,” kata Mochtar, seperti dilansir MeikartaRaya.co.
Pada saat itu, jelas Mochtar, dirinya kesulitan untuk menjual tanah-tanah tersebut. Akhirnya, daripada menjual, dirinya memilih mengembangkan tanah tersebut menjadi lahan properti yang menguntungkan.
“Salah satu filosofi saya adalah tanah merupakan bahan mentah yang bisa di kembangkan menjadi kawasan pertanian, perkotaan, perumahan dan perindustrian,” paparnya.
Tiga kategori berbeda
Menurut Mochtar, dalam membangun kawasan perkotaan yang di dalamnya terdapat kawasan hunian, dapat dibagi menjadi tiga kategori berbeda. Yaitu, kategori atas (upper), kategori menengah (middle) dan kategori bawah (lower).
“Kalau ingin membangun sesuatu, saya berprinsip tidak hanya membangun rumah saja, namun harus membangun kota baru. Hal itu yang saya lakukan saat membangun kota baru di Lippo Karawaci dan Cikarang,” urainya.
“Kita menentukan dan memposisikan diri kita supaya kota ini menjadi kota yang teratas. Untuk menjadi seperti itu, syaratnya, kita harus membangun rumah sakit, sekolah dan pusat perbelanjaan yang baik. Tanpa syarat iti, kita susah dan sulit untuk membangun kota yang baik, teratas dan indah”.
Jangan cuma bangun rumah
Berdasarkan pengamatannya, selama ini pemerintah daerah (Pemda) masih banyak yang membangun perumahan di luar kota hanya untuk membangun rumah saja.
Mereka tidak membangun sebuah kawasan kota baru lengkap dengan fasilitas seperti rumah sakit, sekolah dan pusat perbelanjaan.
“Seharusnya, kita membangun kota, bukan membangun rumah,” tuturnya.
Ihwal bangun Meikarta
Mochtar pun menceritakan bagaimana pembangunan kota baru di Meikarta dimulai. Dirinya melihat di kawasan Cikarang terdapat enam kawasan industri dan ada 18.000 pabrik.
Bila satu pabrik memiliki 100 pegawai, maka akan ada 1,8 juta pekerja. Kalau tidak dibangun sebuah kota baru dekat tempat mereka bekerja, akan timbul kemacetan lalu lintas serta masalah perkotaan lainnya seperti pendidikan, tempat tinggal yang layak serta akses kesehatan.
“Maka kita harus memposisikan diri sendiri sebagai pusat perkotaan dari enam kawasan industri. Kita akan melayani 1,8 juta penduduk disini. Ini yang harus kita pikirkan. Maka saya memutuskan Meikarta untuk ini. Bukan bangun perumahan tapi perkotaan. Berupa kota yang paling modern, semua fasilitas akan ada disini. Akan bisa membantu pemerintah mengurangi kemacetan transportasi. Dan bisa mengembang daerah sana menjadi lebih maju,” demikian Mochtar Riady, figur senior berusia hampir 90 tahun tetapi tetap berperforma energik lagi inspiratif ini. (B-MR/jr)