BENDERRAnews, 5/9/18 (Jakarta): Sosok berjuluk ‘si manusia ide’ Mochtar Riady menegaskan, banyak membangun kota baru di wilayah perkotaan, akan menjadi salah satu solusi mengatasi masalah perkotaan.
Dengan begitu, menurut figur pebisnis kawakan berusia hampir 90 tahun ini, konsentrasi hunian tidak lagi berada di pusat kota, melainkan di kawasan pinggiran kota.
Demikian disampaikan Mochtar yang merupakan Founder Lippo Group, dalam acara Seminar ‘Transforming Lives Human and Cities, Who Builds Cities?‘ di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Selasa (4/9/18) kemarin.
Beranjak dari bisnis perbankan
Mochtar mengungkapkan, dirinya sesungguhnya tidak pernah berpikir menjadi pengusaha properti, karena awalnya lebih banyak berkecimpung dalam dunia perbankan.
“Namun pada tahun 1991, Indonesia mengalami resesi. Banyak pengusaha mengalami kesulitan. Saya terpaksa harus menerima jaminan bank berupa tanah seperti di Lippo Cikarang dan Lippo Karawaci,” kata Mochtar, sosok di balik berubahnya kawasan Karawaci dan Cikarang yang dulunya hanya dipandang sebelah mata, menjadi terotori investasi prospektif, sejak hadirnya Kawasan Lippo Karawaci serta Kawasan Lippo Cikarang, awal 1990-an.
Pada saat itu, demikian Mochtar, dirinya kesulitan untuk menjual tanah-tanah tersebut. Akhirnya, daripada menjual, ia memilih mengembangkan tanah tersebut menjadi lahan properti yang menguntungkan.
“Salah satu filosofi saya adalah tanah merupakan bahan mentah yang bisa dikembangkan menjadi kawasan pertanian, perkotaan, perumahan dan perindustrian,” ujarnya.
Prinsib bangun kota baru
Disebutnya, dalam membangun kawasan perkotaan yang di dalamnya terdapat kawasan hunian, dapat dibagi menjadi tiga kategori berbeda. Yaitu, kategori atas (upper), kategori menengah (middle) dan kategori bawah (lower).
“Kalau ingin membangun sesuatu, saya berprinsip tidak hanya membangun rumah saja, namun harus membangun kota baru. Hal itu yang saya lakukan saat membangun kota baru di Lippo Karawaci dan Lippo Cikarang (yang kini sangat menarik atensi berbagai kalangan di dalam bahkan luar negeri, sejak hadirnya Kota Meikarta, Red(,” paparnya, seperti dilansir BeritaSatu.com.
“Kita menentukan dan memposisikan diri kita supaya kota ini menjadi kota yang teratas. Untuk menjadi seperti itu, syaratnya, kita harus membangun rumah sakit, sekolah dan pusat perbelanjaan yang baik. Tanpa syarat iti, kita susah dan sulit untuk membangun kota yang baik, teratas dan indah”‘
Jangan cuma bangun rumah
Berdasarkan pengamatannya, selama ini pemerintah daerah (Pemda) masih banyak yang membangun perumahan di luar kota hanya untuk membangun rumah saja.
Mereka tidak membangun sebuah kawasan kota baru lengkap dengan fasilitas seperti rumah sakit, sekolah dan pusat perbelanjaan. “Seharusnya, kita membangun kota, bukan membangun rumah,” ujarnya (yang sudah dibuktikannya pada kota-kota baru ‘ciptaan’-nya, yakni Lippo Village di Karawaci, serta Kota Meikarta di Cikarang, sebuah kawasan kota terintegrasi, modern, didukung fasilitas komunitas yang lengkap, Red).
Kisah bangun Kota Meikarta
Mochtar pun menceritakan bagaimana pembangunan kota baru di Meikarta dimulai. Dirinya melihat di kawasan Cikarang terdapat enam kawasan industri dan ada 18.000 pabrik.
Bila satu pabrik memiliki 100 pegawai, akan ada 1,8 juta pekerja. Kalau tidak dibangun sebuah kota baru dekat tempat mereka bekerja, akan timbul kemacetan lalu lintas serta masalah perkotaan lainnya seperti pendidikan, tempat tinggal yang layak serta akses kesehatan.
“Maka kita harus memposisikan diri sendiri sebagai pusat perkotaan dari enam kawasan industri. Kita akan melayani 1,8 juta penduduk disini. Ini yang harus kita pikirkan. Maka saya memutuskan Meikarta untuk ini. Bukan bangun perumahan tapi perkotaan. Berupa kota yang paling modern, semua fasilitas akan ada disini. Akan bisa membantu pemerintah mengurangi kemacetan transportasi. Dan bisa mengembang daerah sana menjadi lebih maju,” tandasnya.
Mochtar Riady pun tak menafikan beban Pemrintah yang kini menghadapi backlog 13 juta hunian. Dan kekurangan unit rumah itu harus bisa diisi dengan pihak swasta wajib berkontribusi.
Lalu, dibikinlah Meikarta dipenuhi ribuan unit hunian yang harganya jauh di bawah cost konservetif. Meikarta bisa menawarkan hunian terjangkau bagi semua kalangan, dengan harga mulai dari Rp200 juta saja. (B-BS/jr)