BENDERRAnews, 18/7/18 (Jakarta): Banyak pihak yang tak suka dengan pembangunan proyek Meikarta di timur Jakarta yang tengah digara Lippo Group. Oleh karena itu hingga kini masih banyak kabar miring yang tak henti menerpa mega-proyek tersebut.
Ternyata, ‘Founder’ Lippo Group, Mochtar Riady, tak memungkiri hal itu.
Padahal, menurut Mochtar, proyek Meikarta memiliki tujuan baik untuk menciptakan kawasan kota yang dapat menyediakan hunian terjangkau bagi masyarakat di Cikarang dan sekitarnya. Hanya saja, upaya menciptakan rumah terjangkau itu ternyata merugikan para pengembang yang lain.
“Banyak orang yang sebel sama saya. Ini bukan sengaja. Saya minta maaf,” ujar Mochtar dalam Seminar Infobank Mortgage Forum di Jakarta, Kamis (12/7/18) lalu.
Bangun rumah terjangkau, direspons negatif
Mochtar lalu menyatakan, pembangunan proyek Meikarta selama ini semata-mata untuk membangun rumah yang terjangkau tapi ternyata malah direspons negatif. “Satu kesalahan saya, hanya melihat bagaimana menciptakan rumah yang terjangkau tanpa memikirkan yang lain,” tuturnya.
Sebagai gambaran, kata Mochtar, untuk membangun konstruksi hunian di Indonesia, rata-rata harga tanah berkisar Rp9 juta per meter yang kemudian dijual dengan harga Rp13 juta per meter. Dengan visi membangun hunian murah yang terjangkau, ia ingin menjual hunian dengan harga Rp6 juta per meter persegi walaupun harganya di bawah harga umum.
Oleh karena itu, Mochtar mengatur pembiayaan konstruksi yang tepat dan lebih efisien agar dapat tercapai keinginannya untuk menjual hunian murah dan terjangkau. “Saya jual Rp6 juta, ternyata saya merugikan banyak developer sebab mereka ya umumnya dengan harga Rp9 juta. Di sinilah ….,” tuturnya, seperti dilansir Tempo.co.
Banyak isu negatif terkait proyek Meikarta yang hingga kini masih menjadi buah bibir, seperti isu perizinan (faktanya ada, meski untuk memprosesnya perlu 136 cap dan butuh berbulan-bulan, bukan “cukup tiga hari” seperti dicanangkan Presiden Jokowi); proyeknya mangkrak (padahal 28 tower atau 14.000 unit dipastikan diserahkan akhir tahun); serta isu hutang vendor yang tidak dibayar di PKPU (tapi gugatannya ditolak Pengadilan Niaga, Jakpus, katerna banyak tagihan dinilai ‘fiktif’ kepada Meikarta, lalu si vendor memilih jalan damai di luar pengadilan, Red).
Mochtar menjelaskan, Meikarta masih tetap dalam progress pembangunan 32 menara (tower) yang akan diselesaikan dengan target Maret 2019 akan dilakukan serah terima unit. “Kami bukan tidak mampu bangun, tapi setiap bangun banyak isu ke sana-kemari sehingga sempat terhenti,” demikian Mochtar Riady. (B-TC/jr)