BENDERRAnews, 15/6/18 Singapura): Hitung-hitung terbuka, Singapura disebut menghabiskan US$15 juta untuk meggelar pertemuan bersejarah antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un awal pekan ini.
Namun, para pakar marketing mengatakan, nilai pemberitaan di seluruh dunia terkait pertemuan tersebut lebih dari 10 kali lipatnya.
Ketika foto-foto Kim mulai beredar di meda sosial, warga Amerika mulai bertanya ‘Di mana Singapura?’.
Pada Senin (11/6/18), Singapura menjadi nama paling dicari di Google wilayah Amerika, dengan lebih dari dua juta pencarian.
Kata-kata pencarian terkait misalnya ‘Di mana Singapura?’, ‘KTT Singapura’, dan ‘Waktu di Singapura’.
Peta pemirsa internasional
Liputan media sebelum pertemuan digelar termasuk kunjungan mendadak Kim ke Hotel Marina Bay Sands dan taman-taman di sekitarnya, dan juga jam-jam pertama pertemuan dia dengan Trump di Pulau Sentosa.
“(Pertemuan itu) menempatkan Singapura dalam peta pemirsa internasional,” kata Oliver Chong, pejabat di Badan Pariwisata Singapura, seperti dikutip Reuters.
Pariwisata menyumbang sekitar empat persen dalam PDB Singapura per tahun. Jumlah kunjungan ke negara kecil itu menembus 17,4 juta tahun lalu, terutama didorong oleh kunjungan asal Tiongkok dan India.
Namun, hanya beberapa bulan lalu, majalah gaya hidup Time Out menempatkan Singapura sebagai salah satu kota yang paling tidak menarik.
Nilai liputan dan iklan
Berdasarkan studi Andrew Darling, CEO dan pendiri perusahaan komunikasi West Pier Ventures, untuk mendapatkan skala pemberitaan yang masif seperti dalam pertemuan Kim dan Trump itu dibutuhkan paling tidak 200 juta dolar Singapura.
Perusahaan intelijen media Meltwater mengatakan nilai liputan selama tiga hari seputar pertemuan setara dengan US$270 juta biaya iklan. Sementara liputan selama sebulan hingga pertemuan terjadi bernilai US$767 juta.
“KTT Trump-Kim bisa dikatakan sebagai event paling penting yang menjadikan Singapura pusat perhatian dari sebagian besar orang di dunia,” kata Jason Tan dari biro iklan Zenith Singapore.
“Bagi banyak orang Asia, Singapura sebagai destinasi pilihan memperkuat citra kami sebagai negara yang efisien dan aman. Bagi warga Amerika yang mungkin tidak terlalu kenal Asia, KTT tersebut jelas membawa Singapura sebagai pusat perhatian global.”
Melonjak 220 persen
Biro pariwisata Expedia mengatakan, berdasarkan data, pencarian dari pelanggan global untuk perjalanan ke Singapura naik 58 persen pada 10-11 Juni dibandingkan hari yang sama pada 2017, dan itu termasuk lonjakan 220 persen dari pelanggan asal Amerika.
Namun, bahkan mereka yang seharusnya lebih tahu tentang Singapura, tetap saja kesulitan untuk secara akurat menemukannya di peta.
Singapura acap disebut “titik merah kecil” di peta, karena tidak bisa muncul secara menyolok akibat terlalu kecil ukurannya sebagai sebuah negara.
Kementerian Luar Negeri AS secara keliru malah menyebut Singapura sebagai bagian dari Malaysia dan hal itu sempat memicu komentar-komentar mencemooh di media sosial, demikian Reuters seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’. Hehehe….., negeri liliput yang mendunia sesudah iven kolosal itu. (B-BS/jr)