BENDERRAnews, 2/4/18 (Yerusalem): Pemerintah Israel melalui Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman pada hari Minggu (1/4/18) waktu setempat menolak desakan untuk menggelar penyelidikan terkait pembunuhan terhadap 15 pengunjuk rasa asal Palestina oleh tentara pada Jumat lalu di daerah perbatasan Gaza – Israel.
Sementara Hamas, kelompok dominan di Gaza, mengatakan, lima orang yang tewas merupakan anggota dari sayap bersenjata mereka.
Namun, pihak Israel memberikan keterangan berbeda dengan mengatakan, delapan dari 15 korban ialah anggota Hamas, organisasi yang masuk ke dalam daftar hitam terorisme Israel.
Menanggapi insiden itu, Sekretaris Jenderal PBB Anonio Guterres mendesak adanya penyelidikan independen terkait pertumpahan darah pada Jumat.
Tuntutan itu kemudian diulangi oleh kepala badan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, Amnesti Internasional, dan partai oposisi sayap kiri di Israel Meretz.
“Tentara Israel melakukan apa yang harus mereka lakukan. Saya justru berpendapat tentara kami layak mendapatkan penghargaan,” kata Lieberman kepada stasiun radio militer.
“Sementara soal pembentukan komisi penyelidikan, tidak akan ada hal tersebut,” tegasnya.
Tidak indahkan seruan
Puluhan ribu warga Palestina berkumpul pada Jumat akhir pekan lalu di sepanjang pagar pembatas antara Gaza dan Israel. Mereka mendirikan tenda-tenda dan berencana untuk menggelar demonstrasi selama enam pekan berturut-turut untuk menuntut kembalinya pengungsi Palestina dan keturunannya di wilayah Israel.
Namun sebagian di antara mereka tidak mengindahkan seruan dari pemimpin demonstran untuk menjauh dari pagar pembatas.
Pihak militer mengatakan, beberapa di antara korban, telah menembakkan senjata api ke arah tentara, menggelindingkan ban roda yang terbakar, dan melempar batu serta bom molotov ke arah perbatasan.
“Penggunaan amunisi mematikan harus menjadi bagian dari investigasi yang independen dan transparan,” kata Mogherini dalam pernyataan tertulis pada Sabtu.
“Meski Israel punya hak untuk melindungi daerah perbatasan mereka, penggunakan kekerasan harus selalu proporsional,” katanya.
Terbentuknya Israel
Demonstrasi di perbatasan Gaza rencananya akan mencapai puncak pada 15 Mei, saat warga Palestina memeringati hari Nakba saat ratusan ribu orang terusir dari rumahnya pada 1948, bertepatan dengan terbentuknya negara Israel.
Israel sudah sejak lama menolak hak para pengungsi itu untuk kembali karena khawatir akan kehilangan status mayoritas mereka sebagai negara Yahudi.
Pada Sabtu, tentara Israel kembali menggunakan senjata api dan peluru karet sehingga melukai 70 pengunjuk rasa Palestina di sekitar perbatasan.
Sejumlah saksi mengatakan bahwa para demonstran itu sempat melemparkan batu ke arah tentara.
Israel mengatakan, Hamas memanfaatkan demonstrasi itu untuk mengalihkan frustasi dua juta warga Gaza yang kini harus bertahan menghadapi kesulitan ekonomi. Demikian Reuters dan Antara seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’. (B-AN/BS/jr)