BRNDERRAnews, 30/3/18 (Lippo Village): Jaringan rumah sakit papan atas nasional yang juga memiliki cabang di ASEAN, PT Siloam International Hospitals Tbk, terus melakukan ekspansi bisnis dan pelayanan kesehatan di berbagai pelosok Tanah Air.
Terkait itu, pihak Siloam yang bernaung di bawah payung Lippo Group ini mmbidik penambahan dan operasional rumah sakit baru, brownfield investment atau bisa melalui aksi akuisisi di tahun 2019.
Sampai akhir 2017, Siloam telah mengoperasionalkan 31 rumah sakit. Emiten berkode SILO ini menambah delapan rumah sakit baru sepanjang tahun lalu.
Empat dari delapan rumah sakit tersebut merupakan hasil akuisisi.
Ada sisa dana
Sementara itu, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/Capex) Rp1 triliun pada 2018. Perseroan berencana menggunakan ‘Capex’ untuk ekspansi penambahan rumah sakit baru, peremajaan, maupun pembelian alat medis baru.
Managing Director of Finance and Accounting Siloam, Budi Raharjo Legowo, menyatakan, perseroan fokus menggunakan dana internal untuk mendanai ekspansi tahun ini.
Siloam belum berencana menggalang dana eksternal baru, karena menurut Budi masih ada sisa dana sekitar Rp650 miliar dari hasil rights issue tahun lalu.
“Siloam berniat menggunakan dana Capex untuk kebutuhan alat medis, maupun kebutuhan pembangunan rumah sakit. Tahun ini kami menargetkan konstruksi dari 11 rumah sakit baru Siloam akan rampung,” ujar Budi di Tangerang, Kamis (29/3/18) kemarin.
Siloam Kairagi Manado
Disebutkan pula, awal tahun ini perseroan sudah mengoperasikan tambahan satu rumah sakit, sementara rumah sakit lainnya dalam proses penyelesaian konstruksi.
Siloam akan membangun rumah sakit di Manado Kairagi, Gunung Sahari Ambon, Palangkaraya, Semarang Hoo, dan Grand Mall Bekasi.
Ia mengungkapkan, sejumlah rumah sakit itu memiliki kapasitas lebih dari 100 ranjang.
“Kami berkomitmen mewujudkan target mengoperasionalkan 50 rumah sakit pada 2019. Oleh karena itu, pada 2019 perseroan tetap melanjutkan penambahan rumah sakit baru, brownfield investment atau bisa melalui aksi akuisisi,” tegasnya.
Data kinerja perusahaan menunjukkan, delapan rumah sakit baru menyumbang Rp131,7 miliar terhadap total pendapatan Siloam yang senilai Rp5,85 triliun pada 2017.
Berkaca pada pencapaian itu, Budi memprediksi kontribusi rumah sakit baru yang beroperasi tahun 2017 dan 2018 akan lebih dari Rp130 miliar tahun ini.
“Jumlahnya lebih banyak, sehingga kami harapkan dapat lebih tinggi dari realisasi tahun lalu,” papar dia.
Fokus kembangkan jaringan
Presiden Direktur Siloam, Ketut Budi Wijaya menyatakan, perusahaan yang ia pimpin fokus mengembangkan jaringan rumah sakit. Dengan rencana ini, perseroan memutuskan tidak membagikan dividen atas laba bersih Rp93,57 miliar pada 2017.
“Kami dalam suasana bertumbuh. Jadi daripada membagikan dividen yang jumlahnya tidak signifikan, Siloam memutuskan untuk menggunakan laba bersih tahun lalu untuk kebutuhan investasi,” ungkap Ketut.
Di samping laba bersih hasil 2017 dan dana sisa rights issue, ia memaparkan, Siloam memiliki dana kas hasil operasi sekitar Rp700 miliar. “Dana tersebut kami akan gunakan untuk capex, dan harapannya bisnis Siloam dapat terus tumbuh,” tegasnya.
Menilik laporan keuangan Siloam, sampai akhir 2017 perseroan memiliki kas dan setara kas Rp 930,14 miliar. Nilai tersebut naik 26% dari posisi Rp740,44 miliar pada 2016. Selanjutnya, emiten ini juga membukukan kenaikan total aset 80,52 persen dari Rp4,21 triliun menjadi Rp7,6 triliun pada 2017.
Budi menjelaskan, perseroan aktif menambah rumah sakit baru, sehingga memberikan dampak positif terhadap total aset perusahaan. “Soalnya, kami menambah rumah sakit, maupun mengakuisisi lahan untuk lokasi pendirian rumah sakit,” jelas Budi Wijaya, seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’. (B-BS/jr)