BENDERRAnews, 3/3/18 (Cikarang): Siapa mengira sebelumnya, jika Cikarang, sebuah kawasan tandus diwarnai tanah-tanah merah yang sebagian besar rawa tak bertuan, kini berubah menjadi teritori industri handal nasional.
Ya, di awal dekade 1980-an, tak banyak yang tertarik berinvestasi di kawasan tanpa prospektif ini. Apalagi di sana paling banter hanya ada kerajinan batu bata merah. Itu pun tidak berkembang.
Nah, di tahun 1984, Lippo Group masuk dengan konsep pengembangan kawasan industri, kawasan pemukiman dan kawasan komersial.
Upaya keras mempromosikan daerah di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat tersebut ternyata berhasil. Sejumlah pabrik pun muncul di sana. Bahkan kini telah mencapai ribuan pabrik sebagai penopang industri nasional.
Tujuan investasi potensial
Oleh tangan dingin para eksekutif Lippo Group, kawasan yang terletak 34 km sebelah timur Jakarta tersebut mulai dijuluki sebagai kota industri terbesar se-Asia Tenggara. Ya, Cikarang telah menjadi kawasan tujuan investasi potensial.
Memang, kawasan industri Cikarang sangatlah potensial karena memiliki 2.125 unit pabrik yang berasal dari 25 negara. Kawasan tersebut mampu menyumbang sebesar 34,46 persen PMA Nasional serta 22-45 persen volume ekspor nasional.
Pada 2008, omset kawasan industri ini mencapai 35 miliar dollar AS dan 70 persen di antaranya untuk pasar ekspor.
Saat ini, ada tujuh kawasan industri yang berada di Cikarang yakni kawasan industri MM2100, Delta Silicon I, EJIP, BIIE, Jababeka I, Jababeka II, dan Delta Silicon II. Kawasan industri di kota Delta Mas dan Delta Silicon II yang berada di bawah Lippo Group.
Memantik peningkatan hunian
Keberadaan kawasan-kawasan industri tersebut secara tidak langsung memantik peningkatan permintaan hunian yang aman serta strategis bagi ratusan ribu karyawan di dalamnya.
Lippo Group membangun kota mandiri Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Rencananya, 200 ribu unit apartemen dibangun pada tahap pertama.
Kota modern itu diharapkan akan menjadi solusi untuk mengurangi beban kota Jakarta dalam banyak aspek, seperti kepadatan lalu lintas, pergerakan manusia, tata ruang, dan sebagai pusat ekonomi baru.
Pemerintah bahkan bisa merelokasi kementerian atau lembaga ke Meikarta, menyusul mencuatnya kembali wacana pemindahan ibu kota ke luar Jakarta.
Kurangi beban Bandung
Selain Jakarta, Meikarta juga berpotensi mengurangi beban Bandung, karena Meikarta dilewati lintasan rel kereta cepat Jakarta-Bandung, kereta layang LRT dan MRT, pelabuhan laut dalam Patimban di Subang, Bandara Internasional Kertajati di Majalengka, dan jalan tol Jakarta – Cikampek elevated.
Presiden Meikarta Ketut Budi Wijaya mengatakan, pembangunan kota modern baru berskala internasional Meikarta dengan investasi Rp 278 trilliun ini pun bakal menjadi kota raksasa modern dan terlengkap di Asia Tenggara dan akan menyerupai Senzhen, Tiongkok. Demikian ‘KompasProperti’. (B-Adv KP/jr)