BENDERRAnews, 29/1/18 (Jakarta): Sekitar tiga hari lalu, Kabul, ibukota Afganistan dikejutkan dengan aksi teror yang menewaskan sedikitnya 103 orang. Sontak banyak kunjungan ke sana dihentikan. Bahkan negara-negara besar mengeluarkan peringatan resmi untuk tidak mengunjungi dulu Kabul.
Tapi tidak demikian dengan Presiden Joko Widodo yang tetap mengunjungi Kabul.
Sebagaimana diberitakan berbagai media internasional, Kabul baru saja diserang bom mobil. Ini merupakan serangan mematikan kedua, setelah pekan lalu terjadi insiden aksi terorisme di sebuah hotel bintang lima di Kabul.
Oleh karena itu kunjungan ini cukup berisiko secara keamanan.
“Pertimbangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tetap mengunjungi Kabul adalah langkah yang superberani, karena negara negara besar lain di dunia justru mengeluarkan travel warning ke Afghanistan,” kata peneliti terorisme Ridlwan Habib, Senin (29/1/18) di Jakarta.
Tujuh negara
Disebut Ridlwan, tujuh negara besar mengeluarkan travel warning (peringatan perjalanan) di antaranya Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Australia, Swiss, Selandia Baru dan Denmark. Mereka melarang warga negaranya mengunjungi Afghanistan karena menduga akan ada serangan lanjutan terorisme bersenjata.
Alumni S2 Kajian Intelijen Universitas Indonesia itu menjelaskan, sejak Oktober 2017 hingga Januari 2018, Afghanistan terus diguncang aksi terorisme. Serangan dilakukan oleh dua kelompok yakni ISIS dan mujahidin Taliban.
Serangan Taliban dilakukan di kota Ghazni, Kandahar, Gardez, Paktia, Ghor dan bulan ini Taliban menyerang Kabul, dalam teori keamanan situasinya merah atau sangat berbahaya.
Ridlwan berharap keberanian Jokowi ini diikuti dengan persiapan matang dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
“Grup A Paspampres yang melekat pada Jokowi harus menyiapkan contingency plan, rencana darurat bahkan skenario evakuasi jika saat kunjungan ke Kabul ada serangan terorisme,” ungkapnya.
Kesigapan Paspamres
Keselamatan Presiden juga harus jadi prioritas utama.
Paspampres harus sudah mengukur jarak waktu menuju Bandara yang paling aman.
Selain itu, saat kunjungan dilakukan Paspampres perlu menambah peralatan keamanan.
Sikap Presiden Jokowi yang ngotot tetap mengunjungi Kabul di tengah ancaman besar aksi terorisme itu menurutnya ialah simbol perlawanan terhadap aksi aksi teror.
“Pak Jokowi memberi kode pada seluruh pemimpin besar dunia bahwa terorisme adalah musuh bersama, Jokowi memberi contoh agar tidak tunduk dan diam pada terorisme,” kata Ridlwan Habib seperti dilansir ‘Suara Pembaruan’. (B-SP/BS/jr)