BENDERRAnews, 29/1/18 (Jakarta): “Puji TUHAN”, demikian dua kata yang mencuat dari pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, saat diwawancarai seorang reporter televisi.
Ucapan syukur Anthony ini terungkap setelah dia memastikan tuan rumah meraih gelar juara pertama pada Indonesia Masters 2018 usai menumbangkan wakil Jepang, Kazumasa Sakai, 21-13, 21-12, pada partai final yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (28/1/18) kemarin.
Anthony juga dengan rendah hati mengungkapkan, gemuruh dukungan penonton ikut membuat pemain lawan tidak nyaman. Diakui hal itu membantunya meraih gelar juara.
“Saya bersyukur sekali dan ucapkan puji TUHAN atas keberhasilan mendapatkan gelar pertama saya di Indonesia. Permainan di awal cukup ketat pada poin gim pertama dan kedua kejar-kejaran. Setelah lewat interval itu kemudian jauh. Mungkin dia agak grogi dan tegang. Mungkin pengaruh dari Istora juga,” kata Anthony.
Anthony mengaku lawan tidak bermain lepas pada partai final karena terpengaruh oleh suporter Indonesia yang memenuhi sebagian besar tribune Istora. Dukungan dari suporter tuan rumah membuat Sakai tegang dan kerap melakukan kesalahan.
“Seandainya dia bermain lepas, mungkin pertandingan akan berjalan lebih ketat. Soalnya kemarin dia bisa mengalahkan pemain top seperti Son Wan-ho (Korea Selatan). Makanya saya juga antisipasi dia yang bisa mengalahkan unggulan empat dari Korea. Itu artinya dia juga bukan pemain sembarangan. Intinya tadi lebih inisiatif buat menyerang,” ungkapnya.
“Yang pasti dari dukungan penonton semua menjadi tambah semangat dan enjoy apalagi main di rumah sendiri,” jelas pria 21 tahun itu yang menikmati pertandingan tersebut. Demikian ‘Suara Pembaruan’.
Kritikan Taufik
Anthony Sinisuka Ginting lalu menyebut kritikan mantan pebulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat, merupakan motivasi bagi dirinya untuk berprestasi, tak terkecuali di turnamen Indonesia Masters 2018.
“Kami ingin membuktikan bahwa kami bisa, kritikan dari Taufik kami tanggapi dengan positif dengan dijadikan motivasi,” kata Ginting di Istora, Jakarta.
Taufik yang merupakan peraih emas Olimpiade Athena 2004, diketahui memang kerap melemparkan kritikan atas prestasi tunggal putra Indonesia yang kian menurun semenjak dirinya pensiun.
Salah satu kritikan Taufik yang terakhir dilontarkan usai pasangan ganda putra, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, menjuarai BWF Super Series Finals 2017 lalu di akun Instagramnya.
“Kevin Sanjaya/Marcus Gideon juara lagi, Selamat ya di pengujung tahun 2017 jadi yang terbaik. Kapan bisa lihat tunggal putra juara lagi dan stabil seperti ganda putra? Siapa dan apa yang salah di tunggal putra? Pelatihnya, pelatih fisiknya, dan nutrisi, atau mental pemainnya? Tolong untuk PBSI evaluasi yang maksimal dong. Apalagi mau Asian Games 2018 sebagai tuan rumah. Semangat terus pemain-pemain Indonesia,” tulis Taufik kala itu.
Kendati dikritik, Ginting menilai hal tersebut tidak menjadi masalah karena hal tersebut membuat nomor tunggal putra Indonesia ingin membuktikan bahwa mereka bisa berprestasi.
“Tidak apa-apa dikritik, supaya kami tambah semangat, tambah termotivasi, jadi di pelatnas memang enggak bisa santai-santai,” ujar Ginting.
Kendati kerap mendapatkan kritik dari Taufik Hidayat, Ginting mengaku Taufik yang berasal dari klub yang sama dengannya, SGS PLN Bandung, merupakan contoh baginya dalam bulu tangkis dan memengaruhi permainannya.
“Taufik adalah role model saya dari kecil, kalau ada pukulannya yang bagus, saya ikuti. Jadi secara tidak langsung terbawa sampai sekarang,” ujarnya.
Ginting sendiri, hari Minggu ini, baru menjuarai turnamen bulu tangkis level 4 (Super 500), Indonesia Masters 2018, yang setara Super Series pada musim-musim sebelumnya, dengan mengalahkan wakil Jepang, Kazumasa Sakai, 21-13, 21-12.
Atas hasil ini, ada kemungkinan Ginting yang sekarang menduduki peringkat 16 dunia, bisa masuk ke dalam jajaran pemain peringkat 10 besar, sekaligus penanda kebangkitan tunggal putra dunia.
“Kalau dibilang kembali bangkit, ya amin. Memang saya persembahkan kemenangan ini untuk keluarga dan tungal putra, karena memang kita sudah lama tidak ada gelar di beberapa turnamen. Harapannya kemenangan ini jadi motivasi buat teman-teman di tunggal putra,” ujar Ginting.
“Tapi terkait peringkat, walau target saya memang ada ke peringkat lima dan 10 besar dunia, saya tidak mau terlalu memikirkan dan menggebu-gebu, saya hanya coba memaksimalkan di setiap pertandingan yang ada,” kiatanya seperti dilansir ‘Antara’.
‘Duo Minions’
Sementara itu, pasangan ganda putra andalan Indonesia berjuluk ‘Duo minions’, Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon sukses merebut gelar juara Indonesia Masters 2018 setelah menundukkan pasangan Tiogkok, Li Junhui/Liu Yuchen, pada partai final, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (28/1/18). Kevin/Markus berhasil menang dengan skor 11-21, 21-10, dan 21-16.
Sebelumnya, mereka sempat tertinggal di gim pertama. Strategi Kevin/Marcus sempat tak berjalan lancar. Li Junhui/Liu Yuchen berhasil mengambil celah dan terus mencuri poin dari Kevin/Marcus.
Beberapa kesalahan juga sempat dilakukan Kevin/Marcus yang berbuah poin untuk lawan. Gim pertama, Kevin/Marcus takluk 21-11 dari Li Junhui/Liu Yuchen.
Kevin/Marcus mulai panas saat gim kedua. Pasangan berjuluk ‘Duo Minions’ tersebut meninggalkan Li Junhui/Liu Yuchen dengan skor 11-3 saat interval.
Drama sempat terjadi jelang penghujung gim kedua. Kevin melakukan protes keras saat kedudukan 18-9 karena merasa bola telah mengenai raket Li Junhui/Liu Yuchen.
Namun, wasit tetap mengesahkan poin untuk ganda Tiongkok. Meski begitu, Kevin/Marcus berhasil memaksa pertandingan menuju rubber set setelah menutup gim kedua dengan kemenangan 21-10.
Pada gim ketiga bentrokan panas tak terhindarkan antara kedua pasangan. Namun, dukungan publik Istora Senayan tampaknya memberikan tekanan besar kepada Li Junhui/Liu Yuchen sehingga kerap melakukan kesalahan sendiri.
Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gidoen akhirnya berhasil menutup pertandingan dengan kemenangan 21-16 atas Li Junhui/Liu Yuchen.
Sukses yang diraih Kevin/Marcus sekaligus menandai keberhasilan ‘Merah Putih’ mendapatkan dua gelar di kejuaraan ini, setelah Anthony Sinisuka Ginting menjuarai nomor tunggal putra.
Belum beruntung
Selanjutnya, pasangan ganda putri andalan tuan rumah, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, tampaknya belum beruntung kali ini. Mereka harus mengakui permainan cepat lawan yang merupakan unggulan kedua Indonesia Masters 2018 asal Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.
Bermain di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (28/1/18), Greysia/Apriyani terlihat terlambat panas dan takluk dua gim langsung 17-21, 12-21 dalam tempo 48 menit.
Penampilan Greysia/Apriyani di gim pertama masih kesulitan untuk mengembangkan permainan. Alhasil, Misaki/Ayaka dengan mudah mengontrol permainan.
Greysia/Apriyani secara perlahan mulai menemukan ritme permainan, meskipun pada akhirnya Matsutomo/Takahashi mampu unggul 11-7 pada saat interval gim pertama. Akan tetapi beberapa serangan Greysia/Apriyani kerap gagal karena Misaki/Ayaka mampu menampilkan pertahanan yang solid.
Tak hanya itu, permainan ulet juga ditunjukkan ganda putri Jepang ini sebelum akhirnya memenangkan gim pertama dengan skor 21-17.
Memasuki gim kedua, Greysia/Apriyani mulai berani melakukan tekanan ke lawan dan laga berlangsung lebih alot. Aksi saling kejar angka dan rally panjang pun sempat mewarnai awal gim kedua sebelum akhirnya Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi unggul 11-9 saat interval pertama.
Selepas interval kedua, Greysia/Apriyani makin kedodoran. Pasalnya, Misaki/Ayaka berhasil menjauh sekaligus menutup pertandingan dengan 12-21.
Kekalahan ini membuat Indonesia gagal menjadi juara umum di turnamen ini. Pasalnya, sudah ada dua yang gagal meraih gelar di Indonesia Masters 2018 yakni Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Greysia/Apriyani. (B-SP/AN/BS/jr)