BENDERRAnews, 23/1/18 (Jakarta): Seorang pelaku bisnis dan memiliki pengalaman marketing di bidang properti, Raden Dadiet Waspodo menilai, salahsatu yang memicu konsumen tertarik membeli hunian di Meikarta, karena kian mahalnya lahan di Jakarta.
“Bukan cuma makin mahal lahannya, tetapi konsep hunian yang dibangun pun semakin jauh dari jangkauan kaum warga kebanyakan, terutama kelas pekerja dan kelas menengah lainnya,” kata Dadiet yang menekuni bisnis properti sejak awal 2000-an.
Nah, Meikarta dinilainya jeli dan mampu mengisi kebutuhan tersebut. “Bayangkan saja ada kompleks hunian modern di kota terintegrasi seperti Meikarta yang menawarkan tempat tinggal dengan harga mulai dari Rp127 dan Rp128 juta dengan fasilitas cicilan lama. Itu tidak ada di lainnya,” ujarnya kepada Tim ‘BENDERRAnews’ dan ‘SOLUSSInews’.
Secara terpisah, Presiden Meikarta, Ketut Budi Wijaya memastikan, megaproyek Meikarta bisa menambah pasokan hunian yang dibutuhkan saat ini dan di masa yang akan datang, mengingat semakin sedikitnya pasokan di tengah makin mahalnya harga lahan di Jakarta.
Apalagi, 60 persen pusat ekonomi nasional saat ini tak cuma terpusat di ibukota, tapi sudah menyebar di wilayah Jabodetabek dan Bandung, sedangkan 70 persennya ada di kawasan Bekasi dan Cikarang.
Pasokan hunian baru
Berdasarkan hal itulah, lanjut Ketut, potensi terserapnya pasokan hunian baru dan terbangunnya kawasan bisnis baru akan menjadi kekuatan Meikarta. Hal itu, lanjut Ketut, juga didorong oleh masih lesunya bisnis properti di Indonesia.
Dari total pasokan apartemen baru sebanyak 15.277 unit, yang terserap baru 85,6 persen. Padahal, jumlah pasokan itu jauh lebih rendah seperti yang diproyeksikan oleh Colliers International Indonesia pada awal tahun sekitar 21.167 unit.
B
Berdasarkan riset medio Oktober 2017 lalu, banyak investor menahan uangnya. Sementara itu, pembeli atau end user kesulitan untuk membeli karena terbentur tingginya uang muka atau down payment (DP) dan cicilan per bulan.
Dua pasar aktif
Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto menjelaskan, ada dua pasar yang aktif, yakni kelas menengah ke bawah yang sensitif terhadap DP dan cicilan per bulan serta suku bunga Bank Indonesia.
Kedua ialah kelas menengah atas yang merupakan investor. Mereka akan berpikir ulang untuk membeli apartemen baru terlebih bila pasar sewa juga belum pulih seperti saat ini.
“Harga sewa sekarang kan pakai Rupiah, sehingga kalau mereka sudah punya apartemen, sedangkan rental market belum bangkit, untuk apa beli lagi?” katanya seperti dilansir ‘KompasProperti’.
Pasar kelas menengah dan menengah atas ini sangat rentan dengan situasi politik dan ekonomi karena ekspektasi mereka adalah apartemen yang dibeli dapat mengembalikan uang investasi. “Jadi, kalau tidak menghasilkan, buat apa beli,” ujarnya.
Colliers memprediksi, banyak proyek yang mundur penyelesaiannya karena penjualan seret. Hingga akhir 2018, ekspektasi pasokan mencapai 34.043 unit.
Harga lahan
Mengutip data yang dilansir Harian Kompas (8/7/17), pertumbuhan penduduk DKI Jakarta terbaru mencapai 1,43 persen, dan tak pernah kurang dari satu persen di tahun-tahun sebelumnya. Persentase tersebut kian meningkat terutama pasca warga Jakarta kembali dari mudik.
Melihat tingginya angka pertumbuhan penduduk, tak heran bila permintaan akan tanah tinggi. Terutama tanah yang dijadikan untuk lahan tempat tinggal, di lokasi-lokasi strategis yang dekat dengan pusat komersial atau perkantoran.
Berdasarkan data Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) pada tahun 2015, jumlah angka kebutuhan rumah atau backlog sebesar 11,37 juta. Dari jumlah tersebut 1,27 juta di antaranya berada di Jakarta.
“Di Jakarta itu enggak pernah ada harga (tanah) yang turun kan. Kalau dia sudah naik, kalau pun dia tidak terjual yang sudah flat saja. Mungkin tidak akan turun,” tambah Wendy.
Berdasarkan kondisi itulah, menurut Ketut Budi Wijaya, proyek kota baru Meikarta diharapkan bisa mengisi kebutuhan pasokan hunian yang sudah tak terisi oleh Jakarta.
Meikarta dibangun di atas lahan seluas 500 hektar (ha) dengan investasi senilai Rp278 tiliun. Lokasi kota baru ini berada di jantung ekonomi Indonesia, yakni di koridor Jakarta-Bandung.
Sebagai pengembang Meikarta, pada tahap pertama proyek ini berjalan, Lippo Group bakal membangun 250.000 unit apartemen dengan total luas bangunan 22.000.000 meter persegi (m2), yang akan langsung menampung lebih dari satu juta komunitas perkotaan.
“Pekerjaan fisik sudah dimulai sejak Januari 2016 dan sebanyak 50 gedung siap dihuni mulai Desember 2018,” ujar Ketut.
Untuk hunian dengan harga terjangkau, Meikarta menawarkan mulai dari Rp127 juta yang dapat dicicil selama 20 tahun. Dengan harga yang relatif bisa dijangkau pekerja dengan upah minimum provinsi DKI Jakarta maupun upah minimum kabupaten (UMK) Jawa Barat itu, para pekerja yang memang membutuhkan hunian murah di Cikarang. (B-S/Adv-KP/jr)