BENDERRAnews, 16/11/17 (Jakarta): Tingkat kecelakaan lalu-lintas di Indonesia masih tinggi di antara negara-negara ASEAN.
“Masalah lalu-lintas yang paling tinggi adalah kecelakaan di jalan. Korbannya lebih banyak dari jumlah korban kasus terorisme,” kataKepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Polisi Tito Karnavian, saat membuka Forum Polantas ASEAN 2017 yang bertajuk Kerja Sama Global untuk Menciptakan Keselamatan Berlalu Lintas di Negara-negara ASEAN, di Jakarta, Rabu (15/11/17) kemarin.
Dia mengatakan, enam negara yang paling tinggi angka kecelakaan lalu-lintasnya adalah Thailand, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Laos.
“Angka kecelakaan lalu-lintas di Malaysia dan Thailand mencapai lima kali angka kecelakaan di Singapura,” ungkapnya.
Sementara Brunei Darussalam dan Singapura tercatat memiliki tingkat kecelakaan lalu-lintas terendah dalam lingkup ASEAN.
“Hanya Brunei dan Singapura yang memiliki jalur lalu-lintas paling baik dan angka kecelakaan terendah di Asean. Selamat kepada Brunei dan Singapura,” ujarnya.
Belanda-Inggris terbaik
Dia menambahkan, tingkat kecelakaan lalu-lintas di Singapura tercatat hampir mendekati negara-negara dengan sistem lalu-lintas terbaik di dunia yakni Belanda dan Inggris.
Sementara Kepala Korps Lalu-lintas Kepolisian Indonesia, Inspektur Jenderal Polisi Royke Lumowa, mengatakan, jumlah korban kecelakaan lalu-lintas di Indonesia cukup besar yakni mencapai 28.000-30.000 iwa per tahun.
“Kecelakaan lalu-lintas di Indonesia termasuk tinggi, rangking 2 sampai 3 di bawah, dalam lingkup ASEAN. Angka kecelakaan ini jauh lebih tinggi dibanding jumlah korban kasus terorisme, bencana tsunami, bencana banjir,” tuturnya.
Ajang berbagi
Digelarnya Forum Polantas ASEAN (ATPF) 2017 ini sebagai ajang saling berbagi terkait penegakkan hukum lalu-lintas, keselamatan berkendara, memperbaiki sistem hukum di wilayah ASEAN serta menjalin kerja sama antar kepolisian lalu lintas negara-negara ASEAN untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban lalu lintas di negara masing-masing.
Dalam forum ATPF, kata Lumowa, Indonesia akan belajar dari negara-negara yang memiliki angka kecelakaan lalu-lintas yang rendah. “Kerja sama, berbagi pengalaman satu sama lain yang muaranya adalah keselamatan lalu lintas,” katanya seperti diberitakan ‘Antara’.
Ia mencontohkan di Singapura, diberlakukan penegakkan hukum yang ketat dan ketersediaan infrastruktur yang memadai menjadikan negara tersebut memiliki tingkat kecelakaan lalu lintas yang rendah.
Pihaknya pun bercita-cita agar sistem pengawasan lalu-lintas di Indonesia dikerjakan dengan memanfaatkan teknologi. Sejumlah pelayanan bidang lalu lintas yang telah diterapkan di Indonesia adalah layanan SIM daring, layanan Samsat elektronik di Pulau Jawa dan Bali serta penerapan aplikasi Electronic Registration and Identification (ERI).
“Di negara maju, polisi jarang ada di jalan, tapi pengawasan menggunakan teknologi, CCTV, speeding camera. Ke depannya polantas Indonesia tidak akan manual lagi, pelan-pelan akan berangsur seperti itu,” imbuhnya.
Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Forum Polantas ASEAN (ATPF) 2017. Forum ATPF yang ke-2 ini digelar di Jakarta dan Bali sejak 14-18 November 2018.
Forum ini dihadiri para kepala polantas delegasi dari sejumlah negara ASEAN yakni Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam dan Vietnam. (B-AN/jr)