BENDERRAnews, 30/10/17 (Yangon): Konflik di dalam negeri Myanmar yang mengakibatkan pengungsian besar-besaran komunitas Rohingya ke Bangladesh masih belum berhenti.
Namun, di tengah kritik atas situasi warga Rohingya tersebut, ribuan orang di Yangon, Myanmar, menggelar unjuk rasa, Minggu (29/10/17) kemarin, untuk memberikan dukungan kepada militer.
Dilaporkan, lebih dari 2.000 pendukung termasuk nasionalis Buddha dan para biksu, ikut serta dalam aksi tersebut.
“Saya ingin mendesak Anda agar mendukung militer. Hanya jika militer diperkuat maka kedaulatan kita akan diamankan,” kata seorang biksu nasionalis senior Buddha, Zagara, kepada kerumunan orang.
Meskipun aksi itu bertujuan mendukung militer, sejumlah pengamat menilai orang-orang juga menunjukkan dukungan untuk Aung San Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (LND).
“Pada kenyataannya, jika militer melawan LND, orang-orang akan selalu bersama LND dan Aung San Suu Kyi, mereka tidak akan bersama militer,” sebut seorang pengamat yang tidak disebutkan namanya.
Mayoritas tolak Rohingya
Lebih dari 600.000 warga Rohingya dari Rakhine State telah melarikan diri ke Bangladesh sejak siklus kekerasan terakhir pada 25 Agustus lalu. Pemerintah Myanmar mengklaim tindakan keras kepada warga Rohingya adalah respons atas serangan ke pos-pos polisi oleh pemberontak, namun Perserikatan Bangsa-bangsa menyebut respons tersebut tidak proporsional.
Pelarian besar-besaran warga Rohingya menjadi krisis kemanusiaan terbesar tahun ini dan memicu kecaman internasional atas Myanmar. Sebaliknya, para demonstran Myanmar, termasuk Nyunt Yi (70), yang merupakan pensiunan tentara setelah 40 than bertugas, membela militer.
Nyunt Yi menyatakan hanya tentara yang bisa melindungi keamanan nasional dan menghentikan “penyusup ilegal”, merujuk kepada warga Rohingya.
Mayoritas warga Buddha Myanmar menolak Rohingya dan menyebut mereka imigran ilegal dari Bangladesh, meskipun telah tinggal di negara itu selama puluhan generasi. Demikian ‘Suara Pembaruan’. (B-SP/BS/jr)