BENDERRAnews, 22/9/17 (Bekasi): H Mohamad Amin Fauzi, salah satu tokoh asli dari Bekasi, mengingatkan, agar pihak lain jangan banyak campur urusan Orang Bekasi yang mau maju bersama Kota Meikarta.
“Saya ingatkan lagi, Meikarta itu di Bekasi. Jadi Meikarta itu milik Bekasi. Dan Bekasi milik kami, Bekasi milik kita,” kata tokoh Bekasi yang menjadi pimpinan di sejumlah organisasi, baik di Kabupaten Bekasi, maupun Provinsi Jawa Barat (Jabar), ketika berbincang khusus dengan Tim ‘BENDERRAnews’ dan ‘SOLUSSInews’.
Amin Fauzi meyakini, Meikarta akan jadi ikon Bekasi, sekaligus ikon Jawa Barat dan bahkan ikon Indonesia.
“Jadi, Mohon jangan ada yang macam-macam mengganggu pembangunannya,”
Tokoh Jabar dan putra asli Bekasi yang bergelar magister sains, bahkan kini tengah menyelesaikan studi doktor jurusan Hubungan Internasional di FISIP Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, itu juga meminta pengertian para pihak yang terus memelintir informasi, seolah Meikarta telah menggusur tanah-tanah rakyat.
“Mohon, harus segera menghentikan tindakannya memelintir informasi tanpa dasar, bahkan menjurut pada upaya provokasi serta membenturkan rakyat,” tandasnya.
Amin Fauzi kemudian mengemukakan sebuah ajakan kepada semua pihak, baik pengusaha Bekasi, pendiri dan tokoh Bekasi, lembaga swadaya masyarakat, Ormas, organisasi kepemudaan dan civitas academica perguruan tinggi untuk punya rasa memiliki (terhadap Meikarta). “Bahwa Bekasi punya Kita”. Otomatis Meikarta Kita Punya”.
Diskusi sepihak
Sebagaimana diberitakan ‘Inibekasi.com’ (21/9/17) yang lalu disebar melalui jejaring media sosial (Medsos), ada Ormas menamakan diri Front Bela Indonesia (FBI), pada Rabu (20/9/17) lalu, di gedung Cawang Kencana Jakarta Timur, melakukan diskusi dan konferensi pers yang dihadiri sejumlah tokoh FBI, LSM dan media massa.
“Sayangnya, diskusi itu agak sepihak. Karena tidak mengundang nara sumber yang memahami benar filosofi serta latar belakang maupun tujuan dari pembangunan Kota Meikarta. Jadinya semua yang muncul hanya info sepotong-sepotong, tidak ada data pembanding,” kata Billy Ibrahim, 28, putra Sunda yang mantan aktivis mahasiswa, Jumat (22/9/17).
Pada intinya peserta diskusi meminta kepada pengelola Meikarta menghentikan pembangunan perumahan disana, karena pembangunan ini terkesan arogan dan menyakiti masyarakat Indonesia.
Bila tidak mengindahkan peringatan FBI ini, pengelola James Riady dan grup akan dilaporkan ke pihak berwajib melakukan perbuatan pidana.
“Rencananya kami akan melaporkan ke Polres Bekasi hari Jumat ini sehabis sholat Jumat,” tutur Nur Hidayat yang menjadi koordinator acara menjawab pers.
Diskusi dan konferensi pers berlangsung di lantai lima gedung Cawang Kencana. Begitu masuk ruangan, sebuah benner berukuran besar dipajang bertuliskan: Diskusi Publik dan Konferensi Pers Front Bela Indonesia. Stop Proyek Kolonialisasi MEIKARTA. Tuntutan:
1. Tolak Menukarnya dan proyek proyek arogansi lainnya.
2. Proses Hukum Pemilik Menukarnya
3. Pemerintah jangan melakujan pembiaran terhadap para pelaksanaan usaha yang melanggar Undang undang.
4. Meminta kepada masyarakat tidak melakukan transaksi apapun terhadap Meikarta.
Cawang Kencana, Jakarta 20 September 2017.
Pembicara diantaranya, Hendraji, Batar Hutagalung, Syahrir Siregar, Indrawan M Harahap, Lukmanul Hakim, dokter Ali Mahsun dan lain lain.
Sedang Dedy Mizwar, Ahmad Dhani dan utusan Ombudsman yang disebut dalam undangan, ternyata tidak nongol.
Pembicara dan peserta menyatakan sama-sama berjuang untuk melawan kekuatan sembilan naga. Tapi nama sembilan naga itu hanya disebut James Riyadi sedang delapan lainnya tidak.
Ormas harus jelas
Sementara itu, sejumlah tokoh Ormas tingkat nasional, di antaranya Jerry Lumele, 44, mengingatkan, siapa pun di republik ini berhak bersuara dan berekspresi, termasuk organisasi kemasyarakatan (Ormas).
“Tetapi, Ormas itu harus jelas, yang dibuktikan memiliki Surat Keterangan Terdaftar (SKT) di Kesbangpol, atau ada badan hukum yang termuat pada lembaran Ditjen AHU Kementerian Hukum dan HAM,” ujar Wakil Ketua Tim Satkersus DPP Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP).
Jika tidak, menurutnya, sebaiknya perlu mengklarifikasi kehadirannya.
“Kita sama-sama bela kepentingan rakyat, bela merah putih, tapi koridornya juga ada, ada aturan mainnya,” kata Jerry yang juga Ketua Hubungan Bilateral Kadin Indonesia.
Meikarta tak menggusur
Sementara itu, mengenai eksistensi Meikarta ini, Amin Fauzi menegaskan, sejak awal pihaknya mengikuti dengan seksama.
Ketika ada isu macam-macam tentang histori kehadiran Lippo di kawasan Cikarang, Amin Fauzi pun memintanya untuk jangan sembarang omong. Dia menyatakan, sekitar dua dekade lebih yang lalu, kebanyakan orang cuma mengenal Cikarang sebagai tempat pembuatan batu bata secara tradisional.
“Saya saksi hidup pak. Lippo Group bikin PT Lippo Cikarang dan memohon untuk mengolah tanah tandus tadah hujan tak bertuan di kawasan Cikarang pada awal 1980-an. Dan mereka kemudian mendapat hak untuk membebaskan serta mengembangkan tanah-tanah tandus itu,” bebernya.
Kalau tidak salah, demikian Amin Fauzi, pada tahun 1984 PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) mulai mengelola kawasan itu. “Dan pada tahun 1987 mereka mendapat hak penuh untuk mengembangkan kawasan industri, kawasan pemukiman, kawasan komersial serta kawasan wisata hingga sekarang dengan produk baru berwujud Kota Meikarta itu,” ungkapnya lagi.
Dan dari tanah-tanah yang tidak bernilai ekonomi itu, kini Lippo Cikarang telah mengubahnya menjadi kawasan-kawasan modern bernilai tinggi, serta bisa ikut dinikmati orang asli Bekasi.
Dalam kaitan membangun kota modern Meikarta, menurut Amin Fauzi, LPCK pun mengikuti prosedur dengan benar. “Saya dengar langsung dari pejabat di dinas terkait di Pemkab Bekasi, semua persyaratan sudah dipenuhi oleh Meikarta. Tinggal ‘running’ aja,” ungkapnya.
Jadi, dia berharap para pihak yang masih memelintir informasi seolah Meikarta tak berizin atau menggusur tanah rakyat, tolong dihentikan saja.
“Karena hal itu salah besar. Itu jauh dari fakta sebenarnya. Pihak Ombudsman RI pun sudah menanyakan itu, baik mengenai isu izin yang tidak lengkap, masalah pembebasan lahan, hingga urusan pemasaran. Dan Lippo Cikarang selaku pengembang Meikarta telah menjelaskannya secara terang benderang dan gamblang, sangat mendetil,” tuturnya.
Disebutnya, dirinya pun ikut hadir dalam diskusi terbuka dengan Ombudsman. Jadi jangan lagi ada yang memelintir berita tentang Meikarta, apakah itu soal perizinan dan urusan pemasaran. Karena semuanya sudah jelas.
“Jadi, tidak ada masalah seperti yang dibilang bahwa Meikarta menggusur lahan rakyat, ada sawah yang dibabat, izin belum ada dan sebagainya. Eh..di sini gak ada sawah, ladang atau apalah itu. Yang ada dulu itu tanah merah tandus dan tadah hujan. Trus, siapa yang punya itu, jangan macam-macam ngaku miliknya. Tidak ada itu,” tandasnya.
Meikarta bangkitkan harapan
Dia, atasnama warganya menilai, dengan hadirnya kota-kota baru yang gegap gempita, seperti Kota Meikarta, akan menjadikan kesunyian di kawasan Cikarang jadi meriah.
Tegasnya, Meikarta dan berbagai kawasan industri-pemukiman-komersial di Cikarang, telah membangkitkan harapan.
“Bapak tahu, ada beberapa kota atau kawasan modern di sekitar kami ini. Ada Jababeka yang sudah sunyi jam 10.00 malam (22.00 WIB). Juga ada Delta Mas, bahkan Kota Bekasi pun jam 10 malam sudah selesai. Nah, Meikarta ini menjanjikan kehidupan 24 jam yang gegap gempita dengan dampak ekonomi hebat bagi rakyat sekitarnya,” katanya dengan mata berbinar.
Karenanya, rakyat Bekasi mendukung Kota Meikarta. “Buktinya sekarang, sudah ada ratusan pedagang kecil Bekasi, Purwakarta bahkan dari Bandung masuk kawasan Kota Meikarta mendagangkan barangnya, termasuk kuliner, asesoris dan lain-lain,” tuturnya.
Kenapa begitu? “Karena belum lagi hunian-hunian jadi, ternyata tiap hari ribuan pengunjung sudah datang menikmati fasilitas danau dan taman di tengah Kota Meikarta. Mereka menjadi pasar bagi pedagang-pedagang kecil kami yang rata-rata bisa meraup untung satu hingga lima juta per orang. Ini kan hebat,” katanya.
Jadi ikon Bekasi
Amin Fauzi pun berharap, jika semua urusan sudah beres, dan pembangunan konstruksi segera dimulai, Meikarta selalu terbuka kepada Orang Bekasi.
“Misalnya saja dalam hal pemanfaatan lapangan kerja yang terbuka, juga pengembangan usaha-usaha rakyat. Mari kita nikmati bersama dengan adil dan saling menguntungkan. Yang pasti, Meikarta terlihat jelas picu ekonomi rakyat dan perekonomian Jawa Barat bahkan perekonomian Indonesia,” katanya.
Dia memperkirakan, jika semuanya sudah terjadi, pendapatan asli daerah (PAD) Pemkab Bekasi, juga Pemprov Jabar bakal bergerak naik, begitu pula investasi ikutan lainnya.
“Karenanya, mari kita jaga pembangunan ini, karena Meikarta itu milik Bekasi. Bekasi milik kita. Dan mudah-mudahan Meikarta jadi ikon Bekasi, bahkan ikon Indonesia, karena banyak gedung internasional ada di dalamnya seperti Gedung Opera, ‘Central Park’ ala New York lengkap dengan danau sebagai arena wisata dunia, pusat-pusat kesehatan kaliber dunia, fasilitas pendidikan hingga perguruan tinggi berkualitas, Stadion Internasional dan bukan tidak mungkin bisa saja ada ajang Moto-GP atau F-1,” harap Amin Fauzi dengan bersemangat. (B-jr — foto ilustrasi istimewa)