BENDERRAnews, 28/8/17 (Jakarta): Ya, dilaporkan ada ribuan ATM tidak bisa beroperasi alias ‘offline’ (termasuk ATM BRI dan BCA), karena terjadi ganguan terhadap Satelit Telkom.
Merespons hal ini, pihak PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk akan mempercepat proses migrasi ketersambungan seluruh layanan anjungan tunai mandiri alias ATM perseroan ke jaringan satelit BRI (BRISat) paling lambat Maret tahun depan.
Dari total ATM milik perseroan yang mencapai sekitar 25 ribu unit, yang telah tersambung dengan BRISat hingga kini baru 11 ribu-an unit atau 44 persen.
“Pada Maret tahun depan rencananya seluruh ATM kami sudah terhubung ke BRISat. Namun, untuk jaga-jaga, sekitar 30 persen ATM tetap kami ‘back up’ dengan jasa layanan satelit yang lain,” ujar Direktur BRI Sis Apik Wijayanto dalam perbincangan dengan media massa di Jakarta, Senin (28/8/17).
Langkah percepatan ini dilakukan menyusul gangguan satelit Telkom 1 milik PT Telkom (Persero) Tbk yang menyebabkan terganggunya jaringan ATM beberapa bank, termasuk BRI.
Meski demikian, layanan ATM BRI yang terdampak dari gangguan tersebut hanya sekitar 321 unit ATM dan hingga Senin (28/8/17) siang, 221 ATM sudah berhasil diatasi atau tinggal menyisakan 100 ATM.
“ATM kami yang terkena gangguan hanya sebagian kecil, sekitar 321 dari total sekitar 25 ribu ATM. Dari 321 ATM itu, kini tinggal 100-an yang masih mengalami gangguan,” kata Sis seperti dilansir ‘Investor Daily’.
Ia menambahkan, ATM BRI yang terganggu tersebut kebanyakan berada di luar Jakarta yang memang masih menggunakan jaringan satelit dan belum banyak memanfaatkan jaringan ‘fiber optik’.
Melalui upaya ini, manajemen BRI berharap, tidak akan ada lagi gangguan signifikan bagi layanan BRI manakala satelit milik Telkom tengah bermasalah. Saat ini, belum semuanya layanan ATM BRI tersambung BRISat, sebagian ada yang menggunakan jasa satelit milik Telkom.
Pada kesempatan yang sama, Corporate Secretary BRI, Hari Siaga Amijarso menyatakan, dengan adanya peristiwa gangguan tersebut pihaknya semakin meyakini, investasi di satelit akan membantu mendongkrak bisnis perseroan melalui optimalisasi layanan perbankan BRI.
Total investasi yang telah dikeluarkan BRI untuk pembangunan satelit BRISat mencapai sekitar Rp3 triliun dan akan bisa kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama.
“Dengan investasi ini, ada penghematan sekitar Rp 500 miliar per tahun,” katanya.
Terkait proses migrasi ketersambungan seluruh layanan ATM perseroan ke jaringan BRISat, menurut Hari, hal itu tidak bisa diselesaiakan dalam waktu yang cepat karena harus dilakukan secara manual. “Harus didatangi masing-masing ATM untuk dilakukan setting ulang. Sehingga, butuh waktu yang cukup lama,” katanya lagi.
Maksimalkan proses migrasi
Sementara itu, pihak PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) fokus mempercepat proses migrasi pelanggan satelit Telkom 1 yang mengalami anomali sejak 26 Agustus lalu. Telkom memaksimalkan proses migrasi pelanggan Telkom 1 ke satelit Telkom 2, satelit Telkom 3S dan satelit lainnya.
Direktur Utama Telkom, Alex J Sinaga, mengatakan, upaya tersebut dilakukan pihaknya demi mempercepat pemulihan layanan kepada pelanggan dan masyarakat dengan mengerahkan seluruh sumber daya operasional Telkom Group di seluruh Indonesia yang terdiri dari internal Telkom, anak perusahaan dan seluruh mitra terkait.
“Kami juga sewa transponder dari satelit Hong Kong dan Tiongkok. Kita sewa soalnya kapasitas satelit Telkom 3S juga sudah mulai terisi,” kata Alex dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (28/8/17).
Lebih jauh, Alex mengungkapkan, proses migrasi layanan telah dilakukan sejak 26 Agustus 2017. Penyediaan dan pengalihan transponder Telkom 1 ke transponder satelit pengganti akan selesai pada 30 Agustus 2017.
“Sedangkan proses repointing antena ground segment akan dilakukan bertahap, secara bersama sama baik dengan pelanggan maupun dengan operator penyedia layanan VSAT hingga 10 September 2017,” jelasnya, sebagaimana dikutip ‘BeritaSatu.com’.
Tercatat, Telkom 1 memiliki jumlah pelanggan sebanyak 63 pelanggan, 8 di antaranya merupakan provider VSAT yang memiliki 12.030 site sehingga total ground segment sekitar 15.000 site.
“Hingga hari ini, proses migrasi sudah 17 persen dari 15.000 site yang harus di-recovery. Kita prioritaskan recovery ke pelanggan yang melayani publik seperti perbankan, pemerintah, dan sektor swasta. Per hari yang di-recovery itu 1.500 site,” ungkapnya.
Untuk mengawal proses recovery berjalan maksimal, kata dia, Telkom Group membentuk posko crisis center yang beroperasi 7×24 jam. Menurut Alex, dirinya mengawal langsung proses recovery dimana seluruh progres terupdate.
“Crisis center merupakan pusat informasi semua proses recovery layanan pelanggan sekaligus sebagai pusat komando untuk merencanakan dan mengeksekusi setiap langkah-langkah yang dianggap perlu bagi percepatan penyelesaian gangguan layanan. Saya sudah dua hari ini tidak tidur mengawal sejak anomali terjadi,” katanya lagi.
Peristiwa teknologi biasa
Pengamat dari IndoTelko Forum, Doni Ismanto Darwin, menilai, peristiwa yang dialami satelit Telkom 1 merupakan peristiwa teknologi biasa yang sudah memiliki antisipasi dengan standar operasi prosedur untuk menjaga Business Continuity sebuah perusahaan.
“Kalau mau tahu pemicu anomali, tentu harus menunggu resmi hasil penyelidikan. Jangan menduga-duga dan membuat kesimpulan. Tetapi ini kan ibarat ada peristiwa kecelakaan. Yang diutamakan itu korban dulu, dalam kasus anomali Telkom 1 sudah benar mereka fokus me-recovery layanan. Pelanggan satelit itu tak peduli dia dapat bandwitdh dari mana, bagi mereka yang penting layanannya kembali normal dan itu yang dilakukan Telkom,” kata Doni.
Menurutnya, pihak Telkom sudah memberikan respons optimal dalam melakukan recovery layanan. “Itu kan ada tahap pemetaan dulu kapasitas dan mengkalkulasi lagi arah antena VSAT di bumi ke transponder baru. Sekitar 15.000 site itu tidak mudah, apalagi ini banyak untuk remote area,” demikian Doni Ismanto Darwin. (B-ID/BS/jr)