BENDERRAnews, 22/7/17 (Jakarta): Sumber ajaran Islam, yakni Al-Quran dan Hadis menggunakan bahasa Arab. Karenanya, perlu pemahaman akan gramatika bahasa Arab. Inilah yang menjadi piranti penting untuk memahami ajaran Islam.
Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa, Cucun Ahmad Samsyurijal, mengemukakan itu di sela-sela babak final Musabaqoh Kitab Kuning (MKK) yang digelar DKN Garda Bangsa, organisasi sayap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), di Jakarta, Sabtu (22/7/17).
“Sumber ajaran Islam yakni Al-Quran dan As-Sunnah memakai Bahasa Arab, Jadi penting bagi umat Islam untuk memahami ilmu gramatika Bahasa Arab,” kata Cucun sebagaimana dilansir ‘Suara Pembaruan’.
Dia menjelaskan, ilmu gramatika bahasa Arab ini sangat penting agar tidak timbul pemahaman dan tafsir atas sumber ajaran agama Islam yang kurang tepat.
Pemahaman keliru dan kurang tepat seringkali menjadi pemicu sifat paling benar sendiri serta menyalahkan pihak-pihak yang berbeda paham dalam beragama, bahkan hingga radikalisme dan ekstrimisme.
“Dewasa ini banyak umat Islam maupun ustadz yang memahami sumber utama panduan hidup mereka lewat terjemahan, padahal itu tidak cukup,” ungkapnya.
Cucun menyatakan, meski belajar melalui terjermahan, tak jarang dari mereka yang seolah sudah menjadi mufti dan berhak memberi fatwa serta berani memvonis benar atau salah. Bahkan, masuk surga atau masuk neraka.
Hal ini, tegas Cucun, sangat membahayakan, karena tak lagi menampilkan Islam sesungguhnya yang mengajarkan damai dan belas kasih.
“Tentu ini sangat berbahaya, agama Islam akan tampil bukan dengan wajah aslinya, yang selalu mengajarkan damai dan belas kasih,” kata Cucun.
Cucun mengatakan, orang awam sepertinya wajib tetap bermadzhab atau mengikuti ulama pendahulu yang ilmu agamanya tak diragukan. Salah satu cara bermadzhab itu dengan mempelajari kitab yang mereka buat.
Dia mencontohkan beberapa yang dapat dipelajari misalnya kitab Fathul Qorib yang dikarang oleh Ahmad Bin Al-Husen Bin Ahmad Al-Asbihani atau yang terkenal dengan Qadhi Abu Suja’, seorang Ulama terkenal yang memegang madzhab Syafi’i, ataupun Ihya Ulumuddin yang ditulis oleh Imam Ghozali yang terkenal dengan sebutan Hujjatul Islam atau pembela agama Islam.
“Memang mempelajari itu semua butuh proses akan tetapi hal itulah yang idealnya dilakukan oleh umat Islam,” jelasnya.
Pemikiran ini salah satunya yang mendorong DKN Garda Bangsa untuk menggelar Musabaqoh Kitab Kuning yang babak finalnya digelar pada Jumat (21/7/17) dan Sabtu (22/7/17).
Dalam gelaran final MKK tahun ini, terdapat sekitar 200 peserta yang akan berlaga membacakan empat kitab kuning, yakni Imrithi dan Alfiyyah Ibnu Malik yang berisi gramatika bahasa Arab; kitab Fathul Qorib yang berisi tentang fiqh; dan Ihya Ulumuddin, yang berisi berbagai hal terkait ajaran Islam terutama fiqh dan tasawwuf.
“Kami sengaja memilih empat kitab tersebut, sebab keberadaannya sangat penting bagi pemahaman agama Islam,” demikian Cucun Ahmad Samsyurijal. (B-SP/BS/jr)