BENDERRAnews, 14/7/17 (Jakarta): Ada dugaan dari seorang akademikus perumahan dan pemukiman, hadirnya Meikarta, sebuah kota baru dengan segala kelebihannya (terutama di bidang infrastruktur serta aneka fasilitasnya) dibanding yang lainnya, tak lepas dari persaingan kedua naga properti di Indonesia saat ini.
Pernyataan Dosen Kelompok Keahlian Perumahan Permukiman Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SKPPK) Institut Teknologi Bandung (ITB) ini dilontarkan terkait peluncuran megaproyek Meikarta oleh Lippo Group beberapa waktu silam.
“Tetapi, bagaimana pun Meikarta perlu diapresiasi sebagai upaya pengusaha nasional Indonesia menghadirkan properti berkelas internasional yang bisa bersaing dengan kota-kota maju di negara tetangga,” tegasnya.
Meikarta yang berlokasi di timur Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, memang digadang-gadang sebagai “Jakarta Baru”. Dikembangkan di atas lahan seluas 500 hektar dengan inovasi, dan terobosan baru.
“Juga soal nama Meikarta. Ini menarik sekali. Ada nama Mei plus Karta yang dekat dengan nama JaKarta. Nama Mei kabarnya diambil dari nama ibunya James. Tapi okelah, jadinya Meikarta. Saya rasa masih ngendonesia, saya suka,” tutur Jehansyah sebagaimana dilansir KompasProperti, beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, James Riady menjelaskan, Meikarta merupakan inisiatif besar dalam membangun Jakarta baru dengan desain dan infrastruktur berkelas internasional.
“James Riady saingan dengan Sugianto Kusuma (Aguan). Meikarta ini untuk mengimbangi Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 di utara Jakarta,” sebut Jehansyah Siregar.
Semangat berbagi
Secara terpisah, seorang aktivis muda asal Sunda, Billy Ibrahim menilai, betapa Lippo Group tak main-main dengan ‘kota baru’ yang dirintisnya. Yakni Meikarta, setelah punya pengalaman lagi teruji membangun sejumlah ‘kota metropolitan’ seperti Lippo Karawaci, Lippo Cikarang dan lain-lain.
“Lippo ingin buktikan, kendati di tengah adanya gejolak ekonomi yang berimbas pada pelambanan pertumbuhan, namun inovasi dan kreativitas masih ada, plus semangat untuk berbagi,” kata aktivis muda berlatar akademik komunikasi publik, Billy Ibrahim ini.
“Tengok saja Meikarta dengan sejumlah fasilitas modern yang nampaknya bakal memanjakan penghuninya. Tetapi lebih dari itu, inilah komitmen Lippo Group untuk bisa menggerakkan perekonomian, karena ‘multiplier effect’ Meikarta ini bisa memberi lapangan pekerjaan kepada ratusan ribu orang, terutama anak muda di Jawa Barat dan sekitarnya”.
Karenanya, Billy Ibrahim, berharap, mega proyek ini mendapat dukungan seluruh komponen masyarakat Jawa Barat (Jabar), terutama saudara-saudara di sekitar lokasi Meikarta, termasuk Pemerintah Provinsi Jabar serta Pemerintah Kabupaten Bekasi.
“Asal sudah memenuhi syarat dari berbagai aspek, kenapa kita tidak mendorong percepatan pelaksanaan pembangunan mega proyek ini,” katanya dalam diskusi kecil bersama sejumlah aktivis, awal Juni lalu, sebagaimana diolah Tim BENDERRAnews dan SOLUSSInews.
Curi start
Sementara itu, Jehansyah mengungkapkan, meski James dan Lippo Group-nya didukung oleh mantan pejabat negara ternama macam Theo L Sambuaga (Mantan Menteri Negara Perumahan Rakyat), dan Agum Gumelar (Mantan Menteri Perhubungan), namun Aguan dengan bendera Agung Sedayu Group (ASG)-nya, telah lebih dulu mencuri start.
Tak main-main, Aguan mengembangkan PIK 2 di atas lahan seluas 1.000 hektar. Sebagai sebuah flagship project, PIK 2 dinamai Sedayu Indo City yang hanya berjarak tempuh lima kilometer dari jilid perdananya, PIK 1.
Serupa dengan Meikarta, PIK 2 juga diklaim menawarkan berjuta fasilitas dengan mengadopsi konsep hijau. ASG mengalokasikan area hijau seluas 60 hektar.
Sementara central business district (CBD)-nya mendapat porsi 100 hektar, dan fasilitas lainnya seluas 520 hektar.
Jika Meikarta dirancang oleh konsultan arsitektur dan desain internasional DP Architects yang berbasis di Singapura, demikian halnya dengan Sedayu Indo City yang merupakan hasil karya DDG dari Amerika Serikat.
Lepas dari persaingan kedua naga properti ini, tetap saja Jehansyah mengatakan, Meikarta perlu diapresiasi sebagai upaya pengusaha nasional Indonesia menghadirkan properti berkelas internasional yang bisa bersaing dengan kota-kota maju di negara tetangga.
Apalagi Meikarta dikembangkan di atas lahan seluas 500 hektar dengan inovasi, dan terobosan baru.
Metropolitan ‘Bodebekarpur’
Sebelumnya, dalam keterangan resmi Lippo menyebutkan akan ada lima pilar dan pusat inovasi yang akan dibangun di Meikarta, yakni ‘innovative infrastructure and transportation’, ‘high tech CBD and research hub’, ‘business and commercial hub’, ‘green sustainable living’, dan ‘center for the arts, culture and education’.
Tegasnya, Lippo mengklaim Meikarta akan tumbuh seiring dengan rencana pemerintah menjadikan koridor Jakarta—Bekasi—Cikarang—Bandung sebagai ‘Shenzhen’-nya di Indonesia.
Selain itu, akan disesuaikan dengan rencana induk Pemprov Jabar, sebagaimana ditegaskan melalui Wakil Gubernur Deddy Mizwar kepada Presiden Lippo Group, Theo Sambuaga, tentang pembangunan kawasan metropolitan “Bodebekarpur” (=Bogor-Depok-Bekasi-Karawang-Purwakarta).
“Kami selalu siap dan bersedia berkoordinasi, baik dengan Pemprov Jabar, juga Pemkab Bekasi dalam melaksanakan pembangunan Meikarta yang nantinya bakal dilengkap berbagai fasilitas umum (Fasum) termasuk rumah-rumah ibadah, fasilitas sosial (Fasos) seperti sarana prasarana pendidikan dari TK hingga Universitas, fasilitas pemukiman maupun perkantoran, fasilitas ekonomi (pabrik, mal, dll) serta taman-taman, ruang terbuka hijau maupun kebutuhan lainnya,” ungkap Theo Sambuaga.
Satu hal lagi, nantinya, kawasan itu juga akan dilalui sejumlah infrastruktur dan moda transportasi publik yang memudahkan penghuninya beraktivitas.
“Akan ada kereta api cepat Jakarta—Bandung, ‘Patiban Deep Seaport’, lapangan terbang Kertajati, ‘monorail’, dan tol Jakarta—Cikampek ‘elevated highway’,” demikian isi siaran pers Lippo, saat ‘launching’ awal Meikarta, Kamis 4 Mei 2017 lalu.
Menengah ke bawah
Kehadiran Meikarta, tidak semata untuk kalangan tertentu, tetapi Lippo menyasar pula mayoritas warga menengah ke bawah.
Karenanya, terkait harga, Lippo akan menawarkan produk properti di kawasan Meikarta di bawah Rp12,5 juta per meter persegi. Juga menawarkan kredit kepemilikan rumah atau apartemen dengan tenor hingga 25 tahun dan bunga 8,25 persen.
Selain itu, perusahaan juga akan menawarkan fasilitas ‘booking fee’ senilai Rp2 juta. Bahkan, dengan uang muka 10 persen dari total harga produk.
Karena itu, Lippo meyakini Meikarta akan menjadi alternatif investasi yang menguntungkan di Asia Tenggara, dengan berbagai fasilitas kaliber dunia.
Mitra global
CEO Lippo Group, James Riady, sebagaimana diulas ‘Tempo.co’, mengatakan, pengembangan kota baru ini didukung investasi mitra global.
Di antaranya kelompok Mitsubishi, Toyota, dan Sanko Soflan. Bahkan informasi teranyar menyebut, ada mitra dari Timur Tengah.
Kota baru di Cikarang, menurut James, berada di jantung ekonomi nasional koridor Jakarta-Bandung.
Selain itu, 60 persen perekonomian nasional berada di kawasan Jakarta-Botabek-Bandung.
Dirancang sejak 2014
Dia menambahkan, dalam 15-20 tahun ke depan, jumlah penduduk di pusat Bekasi-Cikarang akan mencapai 20 juta orang.
“Berarti di sinilah keseluruhan pusat perekonomian nasional,” ujarnya.
Untuk tahap pertama, kota baru itu sudah memulai pembangunan 400 ribu unit perumahan. Pasokan rumah tersebut akan menampung lebih dari dua juta penghuni.
James mengatakan pembangunan Meikarta seluas 28 juta meter persegi tahap pertama sudah dirancang sejak 2014.
Pekerjaan fisik dimulai sejak Januari 2016 dengan membangun 200 gedung, masing-masing terdiri atas 35-46 lantai. (=Jika tidak keliru, Redaksi memperoleh informasi, Lippo telah mulai mencanangkan ‘kota baru’ ini dengan membangun kawasan ‘Orange County’, Red).
Jutaan tenaga kerja
Proyek ini diperkirakan akan menyedot 85 hingga 100 ribu tenaga kerja. “Kalau sudah lengkap menjadi kota baru, tenaga kerja yang terserap 6-8 juta orang,” katanya optimistis.
Dia berharap, Meikarta itu akan menjadi bagian dari solusi kemacetan kepadatan, dan tekanan sosial lain di Jakarta. Saat ini harga lahan di sekitar koridor Bekasi-Cikarang Rp 18-20 juta per meter persegi. Demikian seperti dikompilasi redaksi dari berbagai sumber. (B-KC/jr)