BENDERRAnews, 14/7/17 (Jakarta): Banyak pemimpin dan kepala negara dari berbagai belahan dunia yang mengagumi kemampuan Indonesia mengelola kerukunan dan keberagaman. Demikian Presiden Joko Widodo mengatakan.
Disebutnya, kekaguman dunia pada kerukunan yang terjadi di Indonesia karena kemampuan umat Islam Indonesia dalam menerapkan Islam yang rahmatan lil alamin.
“Indonesia bisa sebagai rujukan, menjadi contoh, menjadi role model bagi negara lain,” kata Presiden Jokowi ketika memberikan sambutan pada Pembukaan Halaqah Nasional Alim Ulama di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (13/7/17).
Berdasarkan siaran pers diterima, Jumat (14/7/17), Presiden Jokowi mengatakan, semuanya itu dapat terwujud karena peran alim ulama yang terus menerus berperan aktif dalam memberikan tuntunan kepada seluruh umat.
“Tuntunan untuk mewujudkan Islam yang wasathiyah, yang moderat, yang santun dan bukan Islam yang keras, bukan Islam yang radikal. Islam radikal bukan Islamnya Majelis Ulama Indonesia. Islam yang radikal bukan Islamnya bangsa Indonesia,” ujar mantan gubernur DKI Jakarta ini.
Lebih lanjut, Kepala Negara juga mengharapkan agar para alim ulama dapat berperan aktif menuntun umat mempererat tali silaturahim, mempererat kerukunan dan bukan hanya kerukunan di antara umat Islam sendiri.
“Tapi juga ukhuwah wathaniyah, antar anak-anak bangsa dalam semangat persatuan,” katanya lagi.
Presiden Jokowi juga mengingat, sudah menjadi kodrat bangsa Indonesia selalu ditantang dalam mengelola keberagaman, dalam mengelola kemajemukan dan dalam mengelola kebinekaan.
“Dan dalam kehidupan bernegara kita yang bineka, kita beruntung memiliki Pancasila, ideologi negara dan pandangan hidup bangsa. Pancasila yang menjadi panduan kita bersama dalam menjalani langkah, dalam menempuh perjalanan sejarah sebagai sebuah bangsa yang majemuk, bangsa yang beragam,” ujarnya.
Ditegaskan dia, Pancasila dan Islam bukan untuk dipertentangkan, bukan pula untuk dipisahkan. Pancasila itu dasar negara, sedangkan Islam itu akidah yang harus kita pedomani.
Presiden Jokowi menyebutkan, sila pertama Pancasila ialah Ketuhanan yang Maha Esa. Pancasila mengakui dan menghormati nilai-nilai ketuhanan, sarat dengan nilai-nilai keagamaan. Pancasila berdampingan dengan Islam dan berdampingan pula dengan agama-agama lain yang dianut oleh rakyat Indonesia.
Dalam kesempatan sama, Presiden Jokowi juga mengajak seluruh umat Islam Indonesia untuk kembali pada semangat ta’awun, semangat bekerja-sama, semangat saling tolong menolong dalam semua aspek kehidupan untuk mewujudkan Indonesia yang maju, Indonesia yang berdaulat, Indonesia yang bermartabat, berkepribadian, adil dan makmur.
“Kita harus pegang komitmen kebangsaan kita. Tidak boleh lagi di antara kita ada yang mempunyai agenda lain, ada yang memiliki agenda politik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan untuk meruntuhkan NKRI yang berbhinneka tunggal ika. Tidak boleh lagi di antara kita, ada yang memiliki agenda mengganti Negara kita dengan sistem pemerintahan dan kenegaraan yang bertentangan dengan Pancasila,”ucapnya.
Sebagai informasi, turut hadir dalam acara tersebut di antaranya, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agama(Menag) Lukman Hakim Saifuddin, Kepala BIN Budi Gunawan, Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin, Ketua Umum PB NU KH Said Aqil Siradj, Tuan Guru Turmudzi, dan KH Maimun Zubair. (B-SP/BS/jr)