BENDERRAnews, 14/6/17 (Semarang): Istilah ‘mualaf Pancasila’ baru saja beredar, terutama jelang bulan Juni ini, yang kini dipopulerkan sebagai ‘Bulan Pancasila’ (terkait antara lain hari lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945, galian Bung Karno, Red).
Nah, Ketua Umum Partai Demokrat, Sisilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti isu Pancasila dan Kebhinnekaan yang belakangan digembar-gemborkan pemerintah Presiden Joko Widodo alias Jokowi ini.
Apalagi, Jokowi baru saja membentuk Unit Kerja Presiden tentang Pancasila.
SBY mengatakan, Pancasila sesungguhnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan sekadar jargon yang dipakai dikaos dan ikat kepala, menurut SBY.
“Pancasila berada di semangat dan hati kita. Bukan terletak pada spanduk, kaos dan ikat kepala. Pancasila, kebhinnekaan, NKRI berada di pikiran kita dan sungguh dijalankan dalam kehidupan yang nyata,” kata SBY saat berpidato di acara Safari Ramadan Partai Demokrat di Hotel Gumaya, Jalan Gadjahmada, Kota Semarang, Jateng Selasa (13/6/17) malam.
Pendatang baru
Lalu, SBY merasa tersinggung jika Partai Demokrat yang dipimpinnya dianggap sebagai pendatang baru atau ‘mualaf’ dalam hal Pancasila dan Kebhinnekaan di Indonesia.
“Saya pribadi tersinggung kalau seolah-olah Partai Demokrat pendatang baru. Dianggap sebagai mualaf tentang Pancasila dan Kebhinnekaan. Meski banyak berteriak ke sana-ke mari tapi jangan dibilang Demokrat tidak kenal Pancasila dan Kebhinnekaan,” tegas SBY, sebagaimana dilansir ‘Merdeka.com’.
Di Semarang, SBY hadir dalam acara safari ramadan didampingi oleh Ibu Ani Yudhoyono. Tampak juga kedua putra SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan Agus Harimurti Yudhoyono.
Presiden ke enam RI ini menyatakan, dirinya sengaja mengambil tema Pancasila dan Kebhinnekaan dalam acara safari ramadannya di Jateng, karena saat ini pemerintah gencar-gencarnya mensosialisasikan Pancasila.
SBY menyatakan, bagi Partai Demokrat, Pancasila merupakan azas dan dasar partai yang sejak 2001 dipimpinnya itu. “Bagi Partai Demokrat, Pancasila dan Kebhinekaan bukan hal asing,” katanya.
“Refleksi ramadan saya berkaitan dengan agenda negara dan pemerintah sekarang ini. Negara kita, pemerintah kita sedang gencar-gencarnya sosialisasi Pancasila. Saya akan masuk dalam konteks itu dengan menitik beratkan kepada apa yang mesti kita jalankan. Bukan teori Pancasila tetapi bagaimana implementasikan Pancasila di sehari-hari kita, Pancasila dan implementasinya saat ini,” ungkapnya.
SBY menyatakan jika tujuan pemerintah untuk meneguhkan Pancasila dan Kebhinnekaan, baik. Sehingga dirinya mengajak untuk memberikan dukungan langkah pemerintah itu.
SBY mengaku 30 tahun terakhir telah menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan dasar negara Pancasila.
“Saya memamahami bahwa negara dan pemerintah ingin benar-benar meneguhkan Pancasila dan meneguhkan kerukunan di negeri berdasarkan Pancasila ini. Karena tujuan pemerintah baik kita perlu berikan dukungan. Pancasila dan kebhinnekaan, dikumandangkan di seluruh Tanah Air Indonesia. Pancasila dan kebhinnekaan bukan sesuatu yang asing,” bebernya.
“Saya mengabdi 30 tahun di TNI. Hampir 15 tahun di posisi Menteri maupun sebagai Presiden. Pancasila dan Kebhinekatunggal ika secara konsisten saya jalankan dalam pengabdian sehari-hari,” demikian SBY. (B-MD/jr)