Medan-CS, 25/3/17 (BENDERRA/SOLUSSI): Bung Karno dan Sam Ratulangi pernah bergumam memuji Sang Khalik. Jika ditulis dalam langgam bahasa sekarang, kira-kira begini ungkapan kedua Pendiri Bangsa Indonesia ini.
“Ini negeri benar-benar anugera TUHAN yang sangat hebat. Berada di posisi strategis global dan mendapat banyak keuntungan sebagai lintasan dunia, tambah lagi punya natur kekayaan alam hebat, plus kultur masyarakat majemuk penuh harmonis, seperti taman sari yang indah nian”.
Nah, dari natur dan kultur itu pula, Bung Karno menggali ideologi Pancasila.
Dan bagi Uskup Agung Medan, keberadaan Pancasila sebagai perekat kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang sangat majemuk begitu mengagumkan. Bahkan pemimpin agama di dunia dan presiden Amerika Serikat tertarik menerapkan prinsip Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika yang mampu menjadi pemersatu ratusan suku, bahasa dan keberagaman agama.
Demikian Homili atau Khotbah Uskup Agung Medan Monsignore (Mgr) Anicetus Bongsu Sinaga OFMCap, saat pembukaan Musyawarah Nasional Ikatan Sarjana Katolik (Munas ISKA) 2017 di “Catholic Center” Medan, Jalan Mataram, Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat (24/3/17) kemarin.
Pembukaan Munas ditandai dengan pemukulan gong oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly, didampingi Uskup Agung Medan, Monsignore (Mgr) Anicetus Bongsu Sinaga OFMCap, Wakil Gubernur Sumatera Utara, Hj Nur Azizah Marpaung, Ketua Presidium Pengurus Pusat ISKA Muliawan Margadana, Ketua DPD ISKA Sumut Hendrik Sitompul, Wakil Walikota Medan Akyar Nasution dan tokoh masyarakat Katolik lainnya.
Kekaguman Paus
Mgr AB Sinaga lalu mengingat kedatangan ke Indonesia pemimpin umat Katolik se-dunia Sri Paus Johanes Paulus II, pada 8 – 12 Oktober 1989. Saat itu, Sri Paus menyinggahi Jakarta, Jogjakarta, Maumere (Flores), Dili (Timor Timur – waktu itu masih provinsi ke 27) dan Medan.
“Paus Yohanes Paulus II saat berkunjung ke Indonesia, sangat mengagumi Pancasila dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, kemudian akan mencanangkan praktiknya di gereja Katolik di seluruh dunia. Prinsipnya bahwa kesatuan dan kebinnekaan adalah satu kesatuan, kebhinnekaan tidak boleh mematikan kesatuan, demikian juga kesatuan tidak boleh meniadakan kebhinnekaan,” katanya.
Uskup Sinaga, melanjutkan, “Bahkan Barrack Obama (Presiden Amerika Serikat) cemburu kepada Negara Pancasila. Karena di sana yang hanya ada dua warna kulit, dan warna lainnya saling menembak dan membunuh.”
Dia juga menguraikan pengalamannya saat kuliah di Kanada. Negara yang hanya terdiri dari dua pembeda, dalam hal ini Bahasa Belanda dan Perancis. Namun berpenduduk belasan juta itu, kerap dilanda konflik dan permusuhan sentimentil.
Perintah TUHAN
Sementara di bumi Indonesia, 361 suku dan bahasa bisa rukun dan bersaudara. “Karenanya, sesuai dengan Perintah TUHAN, agar Umat mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri,” ujarnya.
Kepada ISKA secara lembaga dan pengurusnya, Uskup AB Sinaga berharap, agar berkumpul untuk memperbaharui dan merevitalisasi cinta kepada bangsa Indonesia. Serentak sebagai ungkapan iman kepada Tuhan Maha Esa.
ISKA tidak berpretensi berbuat yang lain. Apalagi, bangsa Indonesia yang dikagumi seluruh dunia. Itu terjadi karena prinsip Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila.
Disebut Mgr AB Sinaga, Indonesia yang terdiri atas beragam suku bangsa dan bahasa menghadapi tantangan. Di antaranya, saat ini, banyak tantangan yang ingin mencoba mengobah prisip dasar ideologi Pancasila.
“Kita telah menjadi saksi dari beberapa kekuatan yang hendak memecah belah bangsa ini. Tetapi melalui pertemuan ISKA ini, kita hendaknya mengulangi dan menegaskan dasar negara kita,” kata Uskup dari podium saat menyampaikan homili atau khutbah.
Revitalisasi Pancasila
Di tempat sama, Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Hamonangan Laoly hadir membuka Munas ISKA 2017. Munas tersebut mengusung tema “Revitalisasi Peradaban Pancasila Menuju Seabad Indonesia”.
Dalam sambutannya, menteri kelahiran Tapanuli Tengah Sumatera Utara, ini, mengharapkan, melalui Munas agar ISKA terus merevitalisasi Pancasila sebagai peradaban dalam kehidupan sehari-hari.
“Jangan mau dipecah-belah sebagai anak bangsa. Saya mengajak ISKA dalam Munasnya mengeluarkan program-program yang mendorong Cinta Indonesia, yakni berdasarkan, filosofi dan ideologi bangsa Indonesia,” kata pria berkacamata bulat tersebut.
Politisi PDI-P ini menegaskan, sebuah bangsa harus memiliki keinginan bersatu. Serta senasib sepenanggungan.
Front Pancasila
Sementara Ketua Presidium Pengurus Pusat ISKA, Muliawan Margadana, menyampaikan, sebagai bagian tidak terpisahkan dari warga negara Indonesia, ISKA sangat jelas posisi dan sikapnya.
Yakni, sebagai bagian dari Front Pancasila, yang akan mempertaruhkan segalanya untuk mempertahankan Dasar Negara.
Muliawan menyampaikan beberapa butir penting dalam menjaga keadaban Pancasila, ISKA mengajak seluruh komponen bangsa untuk terus menjaga Pancasila.
“Sesuai dengan amanat tokoh Katolik dan Pahlawan Nasional, almarhum Mgr Sugijopranoto SJ, kita harus menjadi Katolik 100 persen dan Indonesia 100 persen, tidak boleh kurang atau lebih,” kata Muliawan, ketua presidium yang sudah menjabat dua periode.
Dikatakan Muliawan, tema Munas 2017 “Revitalisasi Peradaban Pancasila Menuju Seabad Indonesia” sengaja diambil. Alasannya, NKRI sedang menghadapi bahaya laten radikalisme. Juga upaya yang luar biasa untuk membenturkan sesama putra dan putri bangsa ini menuju jurang perpecahan.
Untuk itu, ISKA selalu mendengungkan solidaritas tanpa sekat. Dikatakannya lagi, disadari ataupun tidak, saat ini Indonesia sudah memasuki Perang Generasi ke empat yang mengandalkan ‘soft and smart power’.
Dia berharap, agar para cendekiawan, khusunya ISKA, dalam setiap relung kehidupan harus muncul menjaga benteng idiologi berbangsa dan bernegara. “Tentu sebagai bagian tidak terpisahkan dari Republik ini, maka ISKA sangat jelas posisi dan sikapnya sebagai bagian dari Front Pancasila. Sehingga akan mempertaruhkan segalanya untuk mempertahankan Dasar Republik ini.
Ketua Panitia Munas ISKA 2017, Marius Sirumapea, menjelaskan, kegiatan tersebut dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, acara misa keagamaan, kedua pembukaan, dan yang ketiga akan dilanjutkan dalam kegiatan Munas yang diisi antara lain seminar lokal, seminar nasional dan sidang-sidang ISKA.
Acara akan dilanjutkan Sabtu (25/3/17) ini, diisi acara antara lain seminar nasional, diikuti pemilihan Ketua Presidium Pengurus Pusat ISKA periode 2017-2020.
Selain acara di Catholic Center Medan, panitia mengajak peserta Munas melakukan kunjungan wisata ke Pulau Samosir, dan Danau Toba. “Sesuai dengan program pemerintah, yang ada di program Badan Otorita Pengelola Danau Toba (BOPDT), ISKA merasa bertangung jawab untuk mendukung pelestarian Danau Toba,” kata Marius.
Selanjutnya, panitia akan pulang menuju Medan rute Tele. Sesampai di Kabupaten Karo, peserta Munas kunjungan sosial menyambangi korban Erupsi Gunung Sinabung yang sebagian masih berada di pengungsian.
Seminar Pancasila
Munas ISKA 2017 yang diselenggarakan di ‘hall’ lantai 8 Catholic Center Medan, Jalan Mataram No 21 Medan. Acara berlangsung empat hari, Jumat sampai Senin (24-27 Maret 2017).
Acara Munas juga akan diisi tiga sesi seminar, yakni seminar pertama tentang topik “Pengembangan Parwisata dan Peradaban Masyarakat Lokal”.
Seminar pertama, Jumat malam, menampilkan pembicara Gubernur Sumatera Utara H Tengku Erry Nuradi, Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo dan Uskup Agung Medan Mgr Anicetus B Sinaga OFM Cap.
Kemudian seminar kedua pada Sabtu (25/3/17) bertema “Ketahanan Ekonomi Nasional” menampilkan dua pembahas, yaitu Ignasius Jonan (Menteri ESDM) selaku ‘keynote speaker’ dan Bambang Eka Cahyana [Direktur Utama PT Pelindo I (Persero)].
Pada hari yang sama Seminar III bertema “Revitalisasi Peradaban Pancasila” diulas tiga pembicara yaitu Yudi Latif, MA. PhD (Pengamat Politik), Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo (Gubernur Lemhannas) serta Muliawan Margadana (Ketua Presidium PP ISKA). Demikian ‘BeritaSatu.com’ untuk ‘Cahayasiang.com’ sebagaimana diolah Tim ‘BENDERRAnews’ dan ‘SOLUSSInews’. (Tim)