Jakarta-CS, 22/3/17 (BENDERRA/SOLUSSI): Di tengah pelemahan ekonomi global dan nasional, PT Lippo Karawaci Tbk alias LPKR mencatatkan laporan keuangan positif di 2016.
Dilaporkan, anak usaha Grup Lippo ini berhasil meraih laba bersih sebesar Rp882 miliar, atau naik 65 persen dari 2015 sebesar Rp498 miliar.
Sementara itu, pendapatan LPKR mencapai Rp10,5 triliun atau naik 18 persen dari tahun 2015 dengan pertumbuhan laba kotor sebesar 10 persen menjadi Rp4,5 triliun.
“Tahun ini merupakan tahun yang penuh tantangan. Pelemahan makroekonomi global yang terutama disebabkan oleh faktor Brexit serta hasil pemilihan presiden AS yang tak terduga, telah berdampak negatif pada perekonomian Indonesia. Sektor properti Indonesia di tahun 2016 meneruskan tren perlambatannya sejak tahun 2015. Namun demikian, ‘Recurring Revenue’ yang didukung oleh pertumbuhan Pendapatan Divisi ‘Healthcare’ sebesar 25 persen telah membantu untuk mengurangi pelemahan ini,” ujar Presiden Direktur LPKR, Ketut Budi Wijaya di Jakarta, belum lama berselang.
Sektor properti
Pendapatan properti juga tumbuh sebesar 11 persen menjadi Rp3,8 triliun, dan memberikan kontribusi sebesar 36 persen terhadap total Pendapatan. Penyelesaian penjualan aset Lippo Mall Kuta ke LMIRT di Desember 2016 mengangkat Pendapatan properti perusahaan sebesar Rp762 miliar.
Sementara itu, pendapatan dari Divisi ‘Urban Development’ sedikit menurun sebesar empat persen menjadi Rp2,5 triliun. Lalu, pendapatan dari Divisi ‘Large ‘Scale Integrated’ meningkat tajam sebesar 62 persen menjadi Rp1,25 triliun pada 2016. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan pengakuan pendapatan dari proyek-proyek seperti Trivium di Lippo Cikarang, Holland Village, Millenium Village dan Orange County.
Pendapatan ‘Recurring’ memainkan peran penting dalam menyeimbangkan pelemahan siklus bisnis properti. Pendapatan Recurring tumbuh stabil sebesar 23 persen menjadi Rp6,75 triliun dan memberikan kontribusi sebesar 64 persen terhadap total pendapatan.
Siloam Hospitals
Selanjutnya, pendapatan dari Divisi Healthcare tumbuh 25 persen menjadi Rp5,17 triliun. Siloam mengelola 23 rumah sakit pada akhir 2016. Penerimaan pasien rawat inap tumbuh sebesar 18 persen, sementara itu kunjungan pasien rawat jalan tumbuh sebesar 20 persen.
Ketut menambahkan adanya penguatan neraca perusahaan melalui pasar obligasi global dengan suksesnya transaksi pembiayaan kembali obligasi perusahaan yang jatuh tempo pada 2019 dan 2020 masing-masing sebesar USD250 juta dan USD403 juta dengan menerbitkan obligasi sebesar USD260 juta jatuh tempo pada 2022 dan obligasi sebesar USD425 juta jatuh tempo pada 2026 dengan kupon masing masing sebesar tujuh persen dan 6,75 persen.
Penempatan saham Siloam sebesar sembilan persen ke CVC Capital Partners memberikan dana tambahan untuk pembiayaan ekspansi proyek proyek rumah sakit. Demikian dilansir ‘Merdeka.com’ untuk ‘Cahayasiang.com’ sebagaimana diolah Tim ‘BENDERRAnews’ dan ‘SOLUSSInews’, didukung dokumentasi ‘JR Pro Jakarta’. (Tim)