Jakarta-CS, 14/3/17 (BENDERRA/SOLUSSI): Presiden RI, Joko Widodo alias Jokowi konsisten bersikap adil alias tidak pilih kaih kepada para investor dari mana saja yang berbisnis di Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Trikasih Lembong, meyakinkan itu, ketika bertemua para pengusaha Korea Selatan (Korsel).
“Saat Presiden Joko Widodo baru menjabat, salah satu hal pertama yang beliau lakukan adalah menyelesaikan permasalahan antara Posco dan Krakatau Steel, dan ternyata Presiden membela Posco,” katanya dalam pembukaan Indonesia-Korea Business Summit di Jakarta, Selasa.
Dia juga mengemukakan, Presiden sangat yakin pentingnya keadilan bagi kedua pihak, baik investor maupun perusahaan Indonesia.
PT Krakatau Posco diresmikan pada 2013. Pabrik baja itu merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan Pohang Iron dan Steel Company (Posco) Korsel dengan porsi kepemilikan Posco 70 persen dan PT Krakatau Steel sebanyak 30 persen.
Berdasarkan laporan keuangan 2015, Krakatau Posco merugi senilai 106,26 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau membengkak 49,76 persen dibandingkan tahun sebelumnya senilai 70,95 juta dolar AS. Angka itu menyumbang 94,57 persen kerugian Krakatau Steel senilai 112,36 juta dolar AS pada tahun yang sama.
“Presiden Jokowi juga mendorong investasi jangka panjang karena Krakatau Posco adalah industri yang menyuplai kebutuhan dasar untuk industri lainnya, seperti industri otomotif, elektronik, perkapalan dan menciptakan ribuan lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Ia menimpali, “Kami siap untuk mengembalikan joint venture ini ke jalurnya sehingga dapat memproduksi 10 juta baja pada 2025.”
Dengan berhasilnya Presiden Jokowi untuk menyelesaikan masalah Krakatau Posco itu, Lembong meyakini bahwa setiap persoalan sektor investasi dapat diselesaikan secara baik.
“Presiden Jokowi dapat membawa rekonsiliasi dalam perselisihan bisnis dengan menggunakan kerendahan hati dan kebijaksanaannya. Presiden juga tidak menerapkan perlakukan khusus kepada pihak tertentu, sehingga saya yakin dalam tugas saya untuk mempromosikan investasi akan menciptakan investasi internasional dan domestik yang berkelanjutan,” demikian Thomas Trikasih Lembong.
Sementara itu, Ketua Chosun Ilbo Media Group Bang Sang-hoon selaku penyelenggara acara menjelaskan bahwa ingin agar hubungan perdagangan kedua negara menjadi 100 miliar dolar AS pada 2020.
“Indonesia adalah harapan besar bagi negara-negara di kawasan, dan Presiden Joko Widodo saat ini sedang membangun sejumlah pembangkit listrik, karena itu Korea dapat menjadi mitra bisnis Indonesia yang saling menguntungkan,” ujarnya.
Korsel saat ini merupakan investor terbesar ketiga di Indonesia, setelah Singapura dan Jepang. Perusahaan-perusahaan Korsel memberikan kontribusi hingga 71 persen dari total investasi selama periode 2012–2016, yaitu senilai 7,5 miliar dolar AS.
Selain itu, Korsel juga menjadi mitra dagang terbesar Indonesia dengan volume perdagangan mencapai 16 miliar dolar AS pada 2015.
Indonesia-Korea Business Summit dihadiri oleh lebih 500 peserta, termasuk para konglomerat asal Korsel (chaebol) untuk mempromosikan peluang investasi Indonesia.
Sejumlah sektor yang dinilai menjanjikan adalah sektor industri, pariwisata, energi dan ekonomi kreatif, manufaktur, gaya hidup, konektivitas dan teknologi informasi.
Dalam kegiatan itu juga dijadwalkan penandatanganan nota kesepahaman promosi investasi antara Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan Korea Trade and Investment Agency (KOTRA). Demikian ‘Antaranews’ untuk ‘Cahayasiang.com’, sebagaimana diolah Tim ‘BENDERRAnews’ dan ‘SOLUSSInews’. (Tim)