BENDERRAnews, 15/5/18 (Jakarta): Dengan tegas Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, perlunya aturan khusus di media sosial untuk mencegah adanya pemahaman dan pelatihan-pelatihan radikal. Bahkan menurut Tito, para pelaku bom mengetahui cara merakit bom lewat online.
“Selain upaya penangkapan, perlu juga adanya aturan khusus di media sosial. Sekarang banyak sekali pelatihan-pelatihan online yang masuk dan mengubah pemahaman mereka,” ujar Tito bersama Ketua DPR Bambamg Soesatyo, Senin (14/5/18) kemarin.
“Mereka banyak belajar cara membuat bom lewat online.”
Saat ini kepolisian dikatakan Tito, masih melakukan investigasi. Yang jelas, kepolisian dinilainya sudah berhasil mendeteksi kelompok-kelompok yang melakukan serangan teror di Surabaya.
“Mereka yang melakukan teror bom di tiga gereja, rusunawa dan di Polrestabes Surabaya adalah kelompok JAD. Semuanya dilakukan oleh keluarga,” tambahnya.
RUU Antiterorisme
Sementara itu, menyikapi maraknya aksi teror berupa peledakan bom yang terjadi di beberapa lokasi di Jawa Timur membuat pemerintah mendesak DPR untuk segera mengesahkan revisi UU Antiterorisme.
Anggota Panja RUU Antiterorisme Arsul Sani dari Fraksi PPP memastikan pengesahan revisi UU yang tengah dibahas antara pemerintah dan DPR akan dilakukan sebelum Lebaran 2018.
“Sebelum paripurna penutupan, sebelum Lebaran insyaAllah bisa kita selesaikan,” kata Arsul di kediamanan Menko Polhukam Wiranto, Jalan Denpasar, Jakarta Selatan, Senin (14/5/18).
“Ini reses kan terakhir, kemudian rapat paripurna tanggal 18 Mei. Saya kira minggu depan sudah disepakati nanti tugas masing-masing fraksi menghubungi agar segera menjadwalkan di minggu depan kita harapkan,” lanjutnya.
Revisi UU Antiterorisme dibutuhkan agar polisi bisa memiliki payung hukum yang lebih kuat untuk mencegah aksi teror.
Dengan adanya pengesahan revisi UU Antiterorisme tersebut, Arsul memastikan tidak ada lagi wacana penerbitan Perppu oleh pemerintah.
“Kami memang menyarankan UU ini pembahasannya tinggal menyisakan satu masalah yang sudah mengerucut. Tinggal multiple choice saja. Nah kalau perppu dikeluarkan nanti ada proses panjang lagi,” jelasnya.
Tujuh teroris diamankan
Dari Surabaya diterima laporan, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) meringkus tujuh orang yang diduga terkait dengan serangan bom bunuh diri di Kota Surabaya yang terjadi selama dua hari terakhir.
“Sampai hari ini kami telah mengamankan tujuh orang terduga teroris. Mereka diduga terlibat dalam perencanaan serangan bom bunuh diri di tiga gereja wilayah Kota Surabaya kemarin dan hari ini di Polrestabes Surabaya,” ujar Kepala Polri Jenderal Polisi Tito Karnavian kepada wartawan di Surabaya, Senin (14/5/18) petang.
Pelaku serangan bom bunuh diri di tiga lokasi gereja di Surabaya pada hari Minggu, 13 Mei, teridentifikasi dilakukan oleh satu keluarga asal Surabaya, yang terdiri dari bapak, ibu, dua anak kandungnya yang beranjak remaja, serta dua anak kandungnya yang masih kecil.
Pelaku bom bunuh diri di Gereja Pantekosta, Jalan Arjuno Surabaya, yang menggunakan mobil Toyota Avanza, adalah bapaknya bernama Dita Oepriarto. Istrinya, Puji Kuswati, dan dua anak perempuannya bernama FS, usia 12 tahun, dan PR, usia 9 tahun, beraksi di Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro Surabaya.
Dua pelaku bom bunuh diri di Gereja Katolik Santa Maria tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Surabaya, juga anaknya, masing-masing bernama YF, usia 18 tahun, dan FH, usia 16 tahun.
Pelaku serangan bom bunuh diri di Markas Polrestabes Surabaya, yang menggunakan dua sepeda motor saling berboncengan tadi pagi, juga teridentifikasi satu keluarga asal Surabaya.
Masing-masing adalah Tri Murtiono dan istrinya, Tri Ernawati, beserta dua putranya yang sedang beranjak remaja, MDS dan MDAM yang tewas seketika.
Sedangkan putri bungsunya, AAP yang masih berusia empat tahun, dan turut diajak dalam serangan bunuh diri itu, berhasil lolos dari maut.
“Tujuh terduga teroris yang terlibat dalam perencanaan serangan bom bunuh diri di Surabaya itu, satu di antaranya kami tembak mati karena berupaya melawan petugas saat hendak ditangkap,” ujar Tito, seperti diberitakan ANTARA.
Masih dari Surabaya, jenazah 12 korban meninggal dunia akibat serangan bom di tiga gereja di Surabaya diserahkan kepada pihak keluarga di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur, Senin (14/5/18).
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan total ada 18 korban meninggal dunia akibat serangan bom di tiga gereja di Surabaya.
“Penyerahan terhadap hasil identifikasi secara primer dan sekunder oleh korban secara keseluruhan ada 12. Masih ada enam jenazah terduga pelaku teroris yang belum diserahkan,” ujarnya.
Dia mengatakan, belum diserahkannya jenazah terduga keenam teroris itu dikarenakan belum ada pihak keluarga yang mengambil. “Belum ada keluarga yang mengambil,” ujarnya.
Ditegaskannya, sampai saat ini data tersebut masihlah data sementara. Identifikasi DVI belum memastikan keseluruhan korban sudah teridentifikasi.
“Karena kejadian ini mengakibatkan serpihan baik logam dan tubuh untuk mengdentifikasi. Data akan terus berkembang,” ujarnya lagi.
Dari data yang dihimpun, ada lima jenazah yang sudah diidentifikasi berdasarkan data primer dan sekunder yang dimiliki korban. Lima jenazah yaitu, Singkaedi Handoko (58) perempuan, alamat Sudirman Park, Jakarta Utara, korban bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Liem Kwakmi (56) perempuan, alamat Poros Indah, Tangerang, korban bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela.
Selain itu, Daniel Putrakusuma, 15 tahun, laki-laki, alamat Lubuk Utara, Surabaya, korban bom di Gereja Pantekosta. Nursin, 56, laki-laki, alamat Tropodo, Sidoarjo, korban bom di GPPS dan Warsiman, 57, laki-laki, alamat Sutarjo, Surabaya, korban bom di Gereja Pantekosta. Demikian dilansir ‘BeritaSatu.com’ dari ANTARA. (B-AN/BS/jr)